TUGAS INDIVIDU
ILMU TERNAK UNGGAS
PENGARUH PEMBERIAN CAHAYA TERHADAP REPRODUKSI TELUR TERNAK UNGGAS
NAMA : HAYU FITRIYANI
NIM : I 111 13 092
KELAS : GENAP B
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
Pengaruh Pemberian Cahaya Terhadap Repoduksi Telur Ternak Unggas
Cahaya dapat didefinisikan sebagai
suatu bagian dari spektrum gelombang elektromagnet yang dipancarkan oleh suatu
sumber cahaya.Penelitian intensif pada ayam modern selama satu dekade terakhir
mengindikasikan bahwa gelombang elektromagnet yang merupakan komponen cahaya
dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dari beberapa bagian dari otak besar, khususnya
hypothalamus. Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi
ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis
tubuh.Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon
cahaya yang terdapat pada mata.Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang
terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton
menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk
berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder
kelamin. Untuk dapat berproduksi dengan baik, ayam petelur memerlukan ransangan
cahaya yang cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate diperlukan
ransangan cahaya selama 14-16 jam/hari (Khadie, 2015).
Kemampuan produksi (menghasilkan
telur) unggas bisa dirangsang dengan cahaya. Secara tidak langsung, cahaya
membawa pengaruh pada perkembangan organ reproduksi ayam. Minggu pertama umur layer
sangat menentukan alasannya, 70 % perkembangan folikel selesai di masa itu,
sementara folikel ini lah yang selanjutnya tumbuh dan keluar sebagai telur.
Jumlah total telur yang dihasilkan umumnya 30 % dari total sel folikel yang
diproduksi ovarium terang. Artinya, apabila terbentuk 900 folikel maka hanya
sekitar 300 butir telur akan dilepaskan dan
bila hanya 500 folikel terbentuk, maka telur yang bakal dipanen tidak
lebih dari 175 butir. Makin sedikit folikel terbentuk, makin kecil produksi
telur. Demikian pula sebaliknya, Kelenjar ini berfungsi menghasilkan berbagai
hormon yang berpengaruh pada metabolisme dan reproduksi ayam. Salah satunya
adalah gonadhotropin. Dalam konteks reproduksi, peningkatan kadar gonadhotropin
diinginkan karena akan memicu berkembangnya organ-organ reproduksi. Khususnya
pada fase grower akhir, sangat menentukan perkembangan ovarium ayam dara, dan
hypothalamus akan berkembang dengan rangsangan cahaya. Cahaya merupakan
stimulan positif bagi hypothalamus. Cahaya yang memancar membawa gelombang
elektromagnet yang menggertak retina. Selanjutnya, ujung-ujung syaraf sensorik
pada retina mata ayam merangsang aktivitas hypothalamus. Selain gonadhotropin
yang tergertak, masih ada hormon thyroid, androgen dan corticosteroid yang
turut terpicu lantaran adanya gelombang cahaya yang tertangkap retina mata ayam
(Khadie, 2015).
Pengaruh cahaya terhadap proses
produksi telur adalah merangsang hormon reproduksi gonadotropin, dan proses
ovulasi atau peneluran. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk kedalam
ruangan diterima saraf pada mata ayam, yang kemudian menimbulkan rangsangan
dalam mengahsilkan hormon yang sangat potensial dalam proses pembentukan telur
(Khadie, 2015).
Betelur dan ovalusi dapat
terpengaruh oleh faktor luar dari cahaya terang atau gelap. Diketahui bahwa
ovulasi terjadi ± 30 menit setelah bertelur. Tetapi jika peneluran terlambat
sampai jam 4.00 sore, pelepasan ovum berikutnya tidak akan terjadi kira-kira 10
– 12 jam kemudian, kecuali jika schedul cahaya normal untuk petelur telah
disiapkan atau petelur tersebut dipelihara pada cahaya yang terus menerus
dengan intensitas yang konstant selama 24 jam (Rustam, 2012).
Jika cahaya
digunakan sepanjang malam diperkirakan bahwa ayam akan bertelur pada siang dan
malam hari tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya perbedaan intensitas
cahaya yang sangat jelas antara cahaya siang dan cahaya pada malam hari. Kalau
petelur-petelur dipelihara pada sangkar individual (individual cage) dalam
suatu ruangan tanpa cahaya alam, dan secara terus menerus (konstant) diberi
penerangan selama 24 jam,mereka akan bertelur setiap waktu dan akan
menghasilkan sebahagian dari telurnya pada malam hari. Petelur-petelur yang
mendapat cahaya buatan dari jam 6 pagi – 6 sore (12 jam) dan selama 12 jam lain
tidak akan mendapat cahaya sama sekali, maka ayam-ayam akan bertelur pada siang
hari. Bila schedul penyinaran dirubah yaitu dari jam 6 sore – 6 pagi dan pada
siang hari tidak dapat cahaya sama sekali maka dalam waktu 3 hari, waktu
bertelurnya berubah dan seluruh telurnya akan dikeluarkan pada malam hari
(Rustam, 2012).
Pada periode layer cahaya berperan
dalam pematangan dan pelontaran ovum yang pada akhirnya mempengaruhi produksi
telur. Cahaya yang diterima oleh mata unggas akan dilanjutkan ke bagian otak
yang disebut hypotalamus. Hypotalamus ini berperan sebagai pengatur fungsi
organ-organ tubuh yang menggerakkan aktivitas-aktivitas hidup seperti makan,
minum, tingkah laku seksual serta sekresi kelenjar anterior pituitary. Setelah
cahaya diterima oleh hypothalamus maka akan merangsang anterior pituitary untuk
mensekresikan hormon LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone)
serta gonado tropin. Setelah mencapai dewasa kelamin, LH (Luteinizing Hormone) merangsang
pelontaran ovum. Hormon FSH merangsang folikel dalam ovarium sehingga tumbuh
dan berkembang dengan cepat serta menghasilkan hormon estrogen, progesteron dan
androgen. Hormon estrogen berfungsi untuk merangsang perkembangan oviduct,
sedangkan progesteron dan androgen penting untuk merangsang oviduct dalam
pembentukan albumen telur (Triyanto, 2007).
Menurut penelitian Triyanto (2007) Pemberian
cahaya 22 jam/hari menghasilkan produksi yang lebih baik dari pemberian cahaya
16, 18, 20 dan 24 jam/hari, berarti kebutuhan optimal cahaya pada puyuh adalah
sebesar 22 jam/hari. Pada pencahayaan 24 jam/hari, produksi telurnya sebesar
59,29%, lebih rendah dibandingkan pencahayaan 22jam/hari yaitu 67,47%. Hal
tersebut disebabkan karena kebutuhan cahaya untuk pembentukan hormon sudah
berlebih, sehingga berdampak pada aktifitas puyuh yang berlebih dan puyuh
kurang mendapat kesempatan untuk istirahat, akibatnya puyuhkelelahan dan mudah
stress. Dalam keadaan tersebut maka produksi telur mengalami penurunan. ayam,
pemberian cahaya secara terus-menerus selama 24 jam/hari dapat mengganggu
kenyamanan, mengurangi kesempatan untuk istirahat, mengakibatkan stres serta
mengganggu kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Khandhie,
2015. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Ayam Petelur Fase Grower. http://kandhiejaya27.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2015.
Rustam,
A., 2012. Makalah Pengaruh Cahaya Terhadap Produktivitas Ayam Petelur. http://catatanpeternak.blogspot.com/2012/10/makalah-pengaruh-cahaya-terhadap.html. Diakses pada tanggal
14 Mei 2015.
Triyanto,
2007. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix Coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu Padalama
Pencahayaan yang Berbeda. Program
Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.