Minggu, 11 Oktober 2015

PENGARUH PEMBERIAN CAHAYA TERHADAP REPRODUKSI TELUR TERNAK UNGGAS


TUGAS INDIVIDU
ILMU TERNAK UNGGAS

PENGARUH PEMBERIAN CAHAYA TERHADAP REPRODUKSI TELUR TERNAK UNGGAS


NAMA : HAYU FITRIYANI
NIM : I 111 13 092
KELAS : GENAP B







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015





Pengaruh Pemberian Cahaya Terhadap Repoduksi Telur Ternak Unggas     
            Cahaya dapat didefinisikan sebagai suatu bagian dari spektrum gelombang elektromagnet yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya.Penelitian intensif pada ayam modern selama satu dekade terakhir mengindikasikan bahwa gelombang elektromagnet yang merupakan komponen cahaya dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dari beberapa bagian dari otak besar, khususnya hypothalamus. Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh.Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon cahaya yang terdapat pada mata.Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder kelamin. Untuk dapat berproduksi dengan baik, ayam petelur memerlukan ransangan cahaya yang cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate diperlukan ransangan cahaya selama 14-16 jam/hari (Khadie, 2015).
            Kemampuan produksi (menghasilkan telur) unggas bisa dirangsang dengan cahaya. Secara tidak langsung, cahaya membawa pengaruh pada perkembangan organ reproduksi ayam. Minggu pertama umur layer sangat menentukan alasannya, 70 % perkembangan folikel selesai di masa itu, sementara folikel ini lah yang selanjutnya tumbuh dan keluar sebagai telur. Jumlah total telur yang dihasilkan umumnya 30 % dari total sel folikel yang diproduksi ovarium terang. Artinya, apabila terbentuk 900 folikel maka hanya sekitar 300 butir telur akan dilepaskan dan  bila hanya 500 folikel terbentuk, maka telur yang bakal dipanen tidak lebih dari 175 butir. Makin sedikit folikel terbentuk, makin kecil produksi telur. Demikian pula sebaliknya, Kelenjar ini berfungsi menghasilkan berbagai hormon yang berpengaruh pada metabolisme dan reproduksi ayam. Salah satunya adalah gonadhotropin. Dalam konteks reproduksi, peningkatan kadar gonadhotropin diinginkan karena akan memicu berkembangnya organ-organ reproduksi. Khususnya pada fase grower akhir, sangat menentukan perkembangan ovarium ayam dara, dan hypothalamus akan berkembang dengan rangsangan cahaya. Cahaya merupakan stimulan positif bagi hypothalamus. Cahaya yang memancar membawa gelombang elektromagnet yang menggertak retina. Selanjutnya, ujung-ujung syaraf sensorik pada retina mata ayam merangsang aktivitas hypothalamus. Selain gonadhotropin yang tergertak, masih ada hormon thyroid, androgen dan corticosteroid yang turut terpicu lantaran adanya gelombang cahaya yang tertangkap retina mata ayam (Khadie, 2015).
            Pengaruh cahaya terhadap proses produksi telur adalah merangsang hormon reproduksi gonadotropin, dan proses ovulasi atau peneluran. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk kedalam ruangan diterima saraf pada mata ayam, yang kemudian menimbulkan rangsangan dalam mengahsilkan hormon yang sangat potensial dalam proses pembentukan telur (Khadie, 2015).
            Betelur dan ovalusi dapat terpengaruh oleh faktor luar dari cahaya terang atau gelap. Diketahui bahwa ovulasi terjadi ± 30 menit setelah bertelur. Tetapi jika peneluran terlambat sampai jam 4.00 sore, pelepasan ovum berikutnya tidak akan terjadi kira-kira 10 – 12 jam kemudian, kecuali jika schedul cahaya normal untuk petelur telah disiapkan atau petelur tersebut dipelihara pada cahaya yang terus menerus dengan intensitas yang konstant selama 24 jam (Rustam, 2012).
Jika cahaya digunakan sepanjang malam diperkirakan bahwa ayam akan bertelur pada siang dan malam hari tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya perbedaan intensitas cahaya yang sangat jelas antara cahaya siang dan cahaya pada malam hari. Kalau petelur-petelur dipelihara pada sangkar individual (individual cage) dalam suatu ruangan tanpa cahaya alam, dan secara terus menerus (konstant) diberi penerangan selama 24 jam,mereka akan bertelur setiap waktu dan akan menghasilkan sebahagian dari telurnya pada malam hari. Petelur-petelur yang mendapat cahaya buatan dari jam 6 pagi – 6 sore (12 jam) dan selama 12 jam lain tidak akan mendapat cahaya sama sekali, maka ayam-ayam akan bertelur pada siang hari. Bila schedul penyinaran dirubah yaitu dari jam 6 sore – 6 pagi dan pada siang hari tidak dapat cahaya sama sekali maka dalam waktu 3 hari, waktu bertelurnya berubah dan seluruh telurnya akan dikeluarkan pada malam hari (Rustam, 2012).
            Pada periode layer cahaya berperan dalam pematangan dan pelontaran ovum yang pada akhirnya mempengaruhi produksi telur. Cahaya yang diterima oleh mata unggas akan dilanjutkan ke bagian otak yang disebut hypotalamus. Hypotalamus ini berperan sebagai pengatur fungsi organ-organ tubuh yang menggerakkan aktivitas-aktivitas hidup seperti makan, minum, tingkah laku seksual serta sekresi kelenjar anterior pituitary. Setelah cahaya diterima oleh hypothalamus maka akan merangsang anterior pituitary untuk mensekresikan hormon LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) serta gonado tropin. Setelah mencapai dewasa kelamin, LH (Luteinizing Hormone) merangsang pelontaran ovum. Hormon FSH merangsang folikel dalam ovarium sehingga tumbuh dan berkembang dengan cepat serta menghasilkan hormon estrogen, progesteron dan androgen. Hormon estrogen berfungsi untuk merangsang perkembangan oviduct, sedangkan progesteron dan androgen penting untuk merangsang oviduct dalam pembentukan albumen telur (Triyanto, 2007).
            Menurut penelitian Triyanto (2007) Pemberian cahaya 22 jam/hari menghasilkan produksi yang lebih baik dari pemberian cahaya 16, 18, 20 dan 24 jam/hari, berarti kebutuhan optimal cahaya pada puyuh adalah sebesar 22 jam/hari. Pada pencahayaan 24 jam/hari, produksi telurnya sebesar 59,29%, lebih rendah dibandingkan pencahayaan 22jam/hari yaitu 67,47%. Hal tersebut disebabkan karena kebutuhan cahaya untuk pembentukan hormon sudah berlebih, sehingga berdampak pada aktifitas puyuh yang berlebih dan puyuh kurang mendapat kesempatan untuk istirahat, akibatnya puyuhkelelahan dan mudah stress. Dalam keadaan tersebut maka produksi telur mengalami penurunan. ayam, pemberian cahaya secara terus-menerus selama 24 jam/hari dapat mengganggu kenyamanan, mengurangi kesempatan untuk istirahat, mengakibatkan stres serta mengganggu kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Khandhie, 2015. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Ayam Petelur Fase Grower. http://kandhiejaya27.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 14 Mei    2015. 

Rustam, A., 2012. Makalah Pengaruh Cahaya Terhadap Produktivitas Ayam Petelur. http://catatanpeternak.blogspot.com/2012/10/makalah-pengaruh-cahaya-terhadap.html. Diakses pada tanggal 14 Mei      2015. 

Triyanto, 2007. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix Coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu Padalama Pencahayaan yang Berbeda. Program Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.