Senin, 13 Maret 2017

Laporan Pembuatan Tepung Onggok



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN

PEMBUATAN TEPUNG ONGGOK
                              
                              
                               NAMA                       : HAYU FITRIYANI
                               NIM                            : I 111 13 092
                               KELOMPOK           : II (DUA)
                               GELOMBANG        : I (SATU)
                               ASISTEN                  : SUARTI


























LABORATORIUM INDUSTRI DAN PENGOLAHAN PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015





PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering berfluktuasi. Biaya pakan dalam usaha peternakan mencapai 60-70% dari seluruh biaya produksi. Untuk menyiasati hal ini, harus dicarikan upaya alternatif terhadap jenis bahan pakan lain, yang mana dapat digunakan sebagai pakan ternak pengganti yang harganya murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, mudah didapat dan berkualitas baik. Pemanfaatan limbah organik hasil pertanian bisa dijadikan sebagai salah satu solusi yang tepat dalam permasalahan ini. Limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagi bahan baku pakan ternak salah satunya adalah onggok.
            Onggok merupakan limbah padat agro industri berupa ampas dari pengolahan ubi kayu menjadi tapioka yang diperoleh dari proses pemerasan dan penyaringan. Ketersediaan onggok terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi tapioka. Onggok ini merupakan sisa limbah industri tepung tapioka yang akan membusuk jika tidak termanfaatkan, sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup. Dengan menjadikan onggok sebagai pakan alternatif bagi kebutuhan konsumsi unggas, akan memilki dampak baik untuk mengurangi masalah polutan yang akan disebabkan oleh onggok tersebut.
            Semua onggok dari industri tepung tapioka dimanfaatkan untuk makanan ternak karena terdapat kandungan protein yang cukup besar dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan hewan ternak. Di sisi lain, onggok dapat digunakan untuk produksi etanol. Meskipun merupakan limbah tetapi kandungan karbohidrat onggok masih tinggi yaitu mencapai 63%-68%, sementara kadar airnya 20%.
            Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum teknologi pengolahan pakan mengenai pembuatan tepung onggok.
Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dilakukannya praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan Tepung Onggok yaitu untuk mengetahui proses pembuatan tepung onggok untuk pakan ternak.
            Kegunaan dilakukannya praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan Tepung Onggok yaitu  agar mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan tepung onggok untuk pakan ternak sehingga nanti dapat diaplikasikan dikemudian hari.










TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Onggok
            Onggok adalah limbah padat berupa ampas dari pengolahan ubikayu menjadi tapioka, apabila didiamkan dalam beberapa hari akan menimbulkan bau asam dan busuk serta bersifat mencemari lingkungan. Sebagai negara tropis, Indonesia kaya dengan tanaman ubikayu sebagai sumber pati. Produksi ubikayu Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar setelah Nigeria, Brazil dan Thailand. Produksi ubi kayu Indonesia pada tahun 2002 mencapai 16,9 juta ton dengan luas area 1,27 juta ha. Sebagian besar produksi ubikayu diserap industri tapioka, sehingga setiap tahun dihasilkan lebih dari 1,2 juta ton onggok (Mulyono, dkk., 2011).
            Onggok adalah hasil samping pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah padat utama setelah proses pengepresan. Limbah padat industri tapioka berasal dari proses pengupasan yaitu berupa kulit ubi kayu dan dari proses pengepresan berupa ampas ubi kayu. Limbah padat dari industri tapioka yaitu kulit yang berasal dari pengupasan ubi kayu, sisa-sisa potongan ubi kayu yang tidak terparut berasal dari proses pemarutan, ampas onggok merupakan sisa dari proses ekstraksi pati, terdiri atas sisa-sisa pati dan serat-serat (Antika, 2013).
            Onggok selama ini dikenal sebagai limbah dari industri tepung tapioka yang memiliki jumlah energi tinggi nilai ekonomis yang cukup rendah. Banyak onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan tapioka berkisar 5-10% bahan baku dengan kadar air 20% (Sukma, 2009).
            Onggok singkong adalah limbah berupa ampas dari pembuatana tepung tapioka. Proses pembuatan tepung tapioka antara lain melalui tahapan : pengupasan, pemarutan, penyaringan dan pengendapan. Selanjutnya pengeringan pati dan pengeringan onggok singkong (Nikmawati, 1999).
Pemanfaatan 
            Penggunaan onggok fermentasi sampai dengan 10% dalam formulasi pakan ayam pedaging masih aman dan tidak menimbulkan dampak negatif. Onggok aman untuk dikonsumsi oleh ayam. onggok terfermentasi sampai dengan 10% dapat digunakan dalam formulasi pakan ayam pedaging. Dan terhadap persentase bobot karkas, bobot hati dan rempela (Tarmudji, 2004).
            Teknologi fermentasi padat, menggunakan Aspergillus niger sebagai inokulum dan urea/ZA sebagai sumber nitrogen, kandungan protein sejati dari berbagai limbah pertanian, seperti ampas sagu/onggok, dapat ditingkatkan menjadi 18%, dan evaluasinya sebagai bahan baku pakan telah teruji untuk ayam dan itik (Supriyati, dkk., 2013).
            Menurut Mariyono et al., (2008) dalam Antari, dkk., (2009) Peningkatan produksi menyebabkan limbah pengolahan ubi kayu dan agroindustrinya juga meningkat sehingga cukup potensial digunakan sebagai pakan; tidak hanya untuk unggas dan ruminansia kecil tetapi juga ruminansia besar. Bahan pakan yang berasal dari limbah pascapanen tanaman ubi kayu antara lain pucuk ubi kayu, batang ubi kayu, kulit ubi kayu, bonggol ubi kayu, gaplek afkir, singkong afkir, dan gamblong atau onggok tergolong sebagai pakan sumber karbohidrat mudah dicerna.
            Hampir semua onggok dari industri tepung tapioka dimanfaatkan untuk makanan ternak karena terdapat kandungan protein yang cukup besar dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan hewan ternak. Di sisi lain, onggok dapat digunakan untuk produksi etanol. Meskipun merupakan limbah tetapi kandungan karbohidrat onggok masih tinggi yaitu mencapai 63%-68%, sementara kadar airnya 20% (Wijayanti, 2012).
Perbedaan Tepung Tapioka dan Tepung Onggok
Tepung Tapioka
            Tepung tapioka juga sering disebut tepung aci atau tepung kanji. Tepung tapioka pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu tapioka halus dan tapioka kasar. Pembuatan tepung tapioka halus biasanya dari tapioka kasar yang mengalami penggilingan kembali. Pabrik tepung tapioka kasar sebagai bahan mentah yang dibeli dari pedagang-pedagang kecil dari desa-desa. Pembuatan tepung tapioka kasar dilakukan dengan memarut singkong yang telah dikupas dan dicuci. Dengan air yang mengalir, parutan singkong diperas melalui saringan. Filtrat ditampung dan pemerasan diakhiri bila filtrat yang ke luar sudah jernihdan larutan dibiarkan mengendap. Endapan dicuci dengan air dan air pencuci dibuang sampai bersih (Koswara, 2009). Tepung tapioka dibuat dengan mengekstrak bagian umbi singkong dengan tahap dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut.











Gambar.1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Tapioka (Marto, 2013).
            Menurut Rahman (2007) dalam Amin (2013), Tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong. Dalam memperoleh pati dari singkong (tepung tapioka) harus dipertimbangkan usia atau kematangan dari tanaman singkong.
Tepung Onggok
            Onggok (ampas) singkong merupakan limbah padat dari pembuatan tepung tapioka. Komposisi onggok tepung tapioka sangat bervariasi bergantung pada jenis/varietas singkong, daerah asal serta cara pengolahan tepung tapioka (Marto, 2013). Onggok adalah limbah padat berupa ampas dari pengolahan ubikayu menjadi tapioka (Mulyono, dkk., 2011).
            Onggok adalah hasil samping pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah padat utama setelah proses pengepresan. Limbah padat industri tapioka berasal dari proses pengupasan yaitu berupa kulit ubi kayu dan dari proses pengepresan berupa ampas ubi kayu (Antika, 2013).
METODOLOGI PRAKTIKUM 
Waktu dan Tempat
            Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan Tepung Onggok dilakukan pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2015 pada pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai dan bertempat di Laboratorium Industri dan Pengolahan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
            Alat yang digunakan dalam praktikum mengenai Pembuatan Tepung Onggok yaitu pisau, parut, baskom, ember, alat pemeras, kain.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum mengenai Pembuatan Tepung Onggok yaitu ubi kayu, air.
Metode Kerja
            Mengupas ubi kayu terlebih dahulu. Kemudian parut ubi kayu menggunakan parut listrik, setelah itu hasil parutan ubi kayu dibungkus dengan kain lalu di peras didalam alat pemeras sampai ampas ubi kayu memadat. Setelah padat, ampas dari hasil parutan dijemur dibawah sinar matahari atau di keringkan menggunakan oven. Setelah kering, ampas singkong digiing dengan menggunakan mesin.




HASIL DAN PEMBAHASAN 
Tepung Onggok
            Berdasarkan hasil praktikum mengenai pembuatan tepung onggok yaitu tepung onggok terbuat dari singkong atau ubi kayu yang diparut dan diperas sarinya kemudian ampas ubi kayu dikeringkan setelah kering digiling menggunakan mesin. Warna tepung onggok yakni nerwarna putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Antika (2013) yang menyatakan bahwa Onggok adalah hasil samping pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah padat utama setelah proses pengepresan. Limbah padat industri tapioka berasal dari proses pengupasan yaitu berupa kulit ubi kayu dan dari proses pengepresan berupa ampas ubi kayu. Dan ditambahkan dengan pendapat Koswara (2009) yang menyatakan bahwa Endapan dikeringkan di atas tampi sampai kering sedangkan ampas singkong yang telah tersangkut di atas seringan tersebut disebut onggok. Warna tepung yang baik berwarna putih.
Kandungan Nutrisi
            Menurut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (2003) dalam Sukma (2009) menyatakan bahwa Dilihat dari zat gizi yang terkandung dalam 100 gr onggok memiliki jumlah energi 359 kkal, protein1,4%, lemak 0,9% dan karbohidrat 86,5% .
            Kandungan pati dari onggok sekitar 50 – 70% dan serat kasar sekitar 8 %. kandungan pati yang cukup tinggi ini, sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan alkohol (Marto, 2013).
            Antika (2013) Komposisi onggok murni tersaji dalam Tabel 1.
Tabel. 1. Komposisi onggok murni
 

Komponen                                                        Kandungan bahan (%)


            Air                                                                                 -
            Abu                                                                             0,47
            Serat Kasar                                                                  11,59
            Lemak                                                                         0,18
            Protein                                                                         1,04
            Pati                                                                                -
                                      
Sumber : Kristan (2007) dalam Antika (2013).
            Berdasarkan hasil penelitian Kristian (2007) dalam Antika (2013) Komposisi nutrisi onggok dipengaruhi oleh varietas singkong, kandungan mineral, kadar air media tanam dan cara ekstraksi pati singkong. Kadar air onggok yang tinggi menyebabkan onggok perlu segera diolah lebih lanjut sebelum mengalami pembusukan. Selain itu onggok sebagai bahan pakan memiliki zat antinutrisi yaitu kandungan asam sianida (HCN). kandungan asam sianida (HCN) pada onggok dapat diminimalisir dengan melakukan proses pengeringan sebelum diproses lebih lanjut.
            Menurut Tarmudji (2004) dengan proses bioteknologi dengan teknik fermentasi dapat meningkatkan mutu gizi dari bahan-bahan yang bermutu rendah. Misalnya, produk fermentasi dari umbi ubikayu (Cassapro/ Cassava protein tinggi), memiliki kandungan protein 18-24%, lebih tinggi dari bahan asalnya ubikayu, yang hanya mencapai 3%. Demikian juga, onggok terfermentasi juga memiliki kandungan protein tinggi yakni 18% dan dapat digunakan sebagai bahan baku ransum ayam ras pedaging.


% Dalam Pakan
            Menurut Tarmudji (2004) Onggok terfermentasi sampai dengan 10% dapat digunakan dalam formulasi pakan ayam pedaging. Namun, pemberian lebih tinggi dari 10%, perlu pengkajian lebih lanjut. Sebab pada penelitian sebelumnya pernah dilaporkan bahwa, penggunaan cassapro ubikayu, lebih dari 10% dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap pertambahan bobot badan maupun konversi pakan.
            Menurut Antasari dan Umiyasih (2009) Pemanfaatan ubi kayu dalam onggok kering yang paling umum digunakan sebagai bahan konsentrat baik untuk sapi potong maupun untuk sapi perah. Perubahan kondisi rumen terjadi ketika ubi kayu digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Pemanfaatan onggok kering dalam konsentrat sebagai sumber energi dapat mengurangi penggunaan jagung. Umbi ubi kayu ternyata mampu menggantikan konsentrat sampai 50% pada ransum dengan formula berupa 30% rumput Gajah dan 70% konsentrat dan PBHH yang dicapai cukup tinggi yakni sebesar 1,09 kg/ekor/hari. Ubi kayu dapat digunakan sampai 80% di dalam konsentrat sebagai sumber energi untuk pedet.







KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan Tepung Onggok maka dapat disimpulkan bahwa Onggok adalah hasil samping pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah padat utama setelah proses pengepresan. Zat gizi yang terkandung dalam 100 gr onggok memiliki jumlah energi 359 kkal, protein1,4%, lemak 0,9% dan karbohidrat 86,5%.
Saran
            Sebaiknya sebelum melakukan praktikum asisten menjelaskan dahulu kandungan-kandungan yang terdapat didalam bahan-bahan yang akan di gunakan dalam praktikum serta metode-metode yang akan dilakukan sehingga praktikan dapat memiliki wawasan baru tentang materi yang akan di praktikumkan.









DAFTAR PUSTAKA
Amin, N. A., 2013. Pengaruh suhu fosforilasi terhadap sifat fisikokimia pati           tapioka termodifikasi. Program Studi Ilmu Dan Teknologi Pangan     Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.

Antari, R., dan Umiyasih, U., 2009. Pemanfaatan tanaman ubi kayu dan     limbahnya secara optimal sebagai pakan ternak ruminansia lokal.          Penelitian Sapi Potong. Grati, Pasuruan.

Antika, R., 2013. Penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi rhizopus sp sebagai bahan baku pakan ikan nila merah            (Oreochromis niloticus). Fakultas Pertanian Universitas Lampung    Bandar Lampung.

Koswara, S., 2009. Teknologi pengolahan singkong (teori dan praktek).      Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Marto, M. A., 2013. Pembuatan tepung tapioka. Universitas Lampung.

Mulyono, A. M. W., Sariri, A. K., dan Yakin, E. A., 2011 penggantian sebagian jagung menggunakan onggok dan onggok-terfermentasi       terhadap kecernaan nutrien ayam petelur. Fakultas Pertanian,           Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Nikmawati, E. E., 1999. Pola konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan  status gizi kaitannya dengan budaya makan onggok singkong pada            masyarakat Cireundeu Cimahi Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor.            Bogor.

Sukma, A., 2009. Pemanfaatan onggok yang diperkaya dengan protein       tepung telur dalam pembuatan rasi instan bergizi. Program          Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.

Supriyati, Zainuddin, D., Kompiang, P. I., dan Soekamto P., 2013. Onggok           terfermentasi sebagai bahan baku pakan ayam kampung petelur.            Balai Penelitian Ternak. Bogor. Kelompok Peternak Unggas            Padamukti, Malangbong Garut.

Tarmudji, 2004. Pemanfaatan onggok untuk pakan unggas. Peneliti pada    Balitvet Bogor Dimuat pada Tabloid Sinar Tani.

Wijayanti, D. K., Lestari, C., dan  Mulyanto, 2012. Pengaruh overliming pada        pembuatan etanol dari limbah padat pabrik tepung tapioka onggok)             dengan hidrolisis asam dan enzim. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas             Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).     Surabaya.