LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN PAKAN
PEMBUATAN
TEPUNG ONGGOK
NAMA : HAYU FITRIYANI
NIM
: I 111 13 092
KELOMPOK : II (DUA)
GELOMBANG : I (SATU)
ASISTEN : SUARTI
LABORATORIUM
INDUSTRI DAN PENGOLAHAN PAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan
di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana
ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering
berfluktuasi. Biaya pakan dalam usaha peternakan mencapai 60-70% dari seluruh
biaya produksi. Untuk menyiasati hal ini, harus dicarikan upaya alternatif
terhadap jenis bahan pakan lain, yang mana dapat digunakan sebagai pakan ternak
pengganti yang harganya murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, mudah
didapat dan berkualitas baik. Pemanfaatan limbah organik hasil pertanian bisa
dijadikan sebagai salah satu solusi yang tepat dalam permasalahan ini. Limbah
pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagi bahan baku pakan ternak salah satunya
adalah onggok.
Onggok merupakan limbah padat agro
industri berupa ampas dari pengolahan ubi kayu menjadi tapioka yang diperoleh
dari proses pemerasan dan penyaringan. Ketersediaan onggok terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya produksi tapioka. Onggok ini merupakan sisa limbah
industri tepung tapioka yang akan membusuk jika tidak termanfaatkan, sehingga
mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup. Dengan menjadikan onggok sebagai
pakan alternatif bagi kebutuhan konsumsi unggas, akan memilki dampak baik untuk
mengurangi masalah polutan yang akan disebabkan oleh onggok tersebut.
Semua onggok dari industri tepung
tapioka dimanfaatkan untuk makanan ternak karena terdapat kandungan protein
yang cukup besar dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan hewan
ternak. Di sisi lain, onggok dapat digunakan untuk produksi etanol. Meskipun
merupakan limbah tetapi kandungan karbohidrat onggok masih tinggi yaitu
mencapai 63%-68%, sementara kadar airnya 20%.
Hal inilah yang melatar belakangi
dilakukannya praktikum teknologi pengolahan pakan mengenai pembuatan tepung
onggok.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dilakukannya praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan Tepung
Onggok yaitu untuk mengetahui proses pembuatan tepung onggok untuk pakan
ternak.
Kegunaan dilakukannya praktikum
Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan Tepung Onggok yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui proses
pembuatan tepung onggok untuk pakan ternak sehingga nanti dapat diaplikasikan
dikemudian hari.
TINJAUAN
PUSTAKA
Gambaran Umum
Onggok
Onggok adalah limbah padat berupa
ampas dari pengolahan ubikayu menjadi tapioka, apabila didiamkan dalam beberapa
hari akan menimbulkan bau asam dan busuk serta bersifat mencemari lingkungan.
Sebagai negara tropis, Indonesia kaya dengan tanaman ubikayu sebagai sumber
pati. Produksi ubikayu Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar setelah
Nigeria, Brazil dan Thailand. Produksi ubi kayu Indonesia pada tahun 2002
mencapai 16,9 juta ton dengan luas area 1,27 juta ha. Sebagian besar produksi
ubikayu diserap industri tapioka, sehingga setiap tahun dihasilkan lebih dari
1,2 juta ton onggok (Mulyono, dkk., 2011).
Onggok adalah hasil samping
pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah padat utama setelah
proses pengepresan. Limbah padat industri tapioka berasal dari proses
pengupasan yaitu berupa kulit ubi kayu dan dari proses pengepresan berupa ampas
ubi kayu. Limbah padat dari industri tapioka yaitu kulit yang berasal dari
pengupasan ubi kayu, sisa-sisa potongan ubi kayu yang tidak terparut berasal
dari proses pemarutan, ampas onggok merupakan sisa dari proses ekstraksi pati,
terdiri atas sisa-sisa pati dan serat-serat (Antika, 2013).
Onggok selama ini dikenal sebagai
limbah dari industri tepung tapioka yang memiliki jumlah energi tinggi nilai
ekonomis yang cukup rendah. Banyak onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan
tapioka berkisar 5-10% bahan baku dengan kadar air 20% (Sukma, 2009).
Onggok singkong adalah limbah berupa
ampas dari pembuatana tepung tapioka. Proses pembuatan tepung tapioka antara
lain melalui tahapan : pengupasan, pemarutan, penyaringan dan pengendapan.
Selanjutnya pengeringan pati dan pengeringan onggok singkong (Nikmawati, 1999).
Pemanfaatan
Penggunaan
onggok fermentasi sampai dengan 10% dalam formulasi pakan ayam pedaging masih
aman dan tidak menimbulkan dampak negatif. Onggok aman untuk dikonsumsi oleh
ayam. onggok terfermentasi sampai dengan 10% dapat digunakan dalam formulasi
pakan ayam pedaging. Dan terhadap persentase bobot karkas, bobot hati dan
rempela (Tarmudji, 2004).
Teknologi fermentasi padat,
menggunakan Aspergillus niger sebagai inokulum dan urea/ZA sebagai
sumber nitrogen, kandungan protein sejati dari berbagai limbah pertanian, seperti
ampas sagu/onggok, dapat ditingkatkan menjadi 18%, dan evaluasinya sebagai
bahan baku pakan telah teruji untuk ayam dan itik (Supriyati, dkk., 2013).
Menurut Mariyono et al., (2008)
dalam Antari, dkk., (2009) Peningkatan produksi menyebabkan limbah pengolahan
ubi kayu dan agroindustrinya juga meningkat sehingga cukup potensial digunakan
sebagai pakan; tidak hanya untuk unggas dan ruminansia kecil tetapi juga
ruminansia besar. Bahan pakan yang berasal dari limbah pascapanen tanaman ubi
kayu antara lain pucuk ubi kayu, batang ubi kayu, kulit ubi kayu, bonggol ubi kayu,
gaplek afkir, singkong afkir, dan gamblong atau onggok tergolong sebagai pakan
sumber karbohidrat mudah dicerna.
Hampir semua onggok dari industri
tepung tapioka dimanfaatkan untuk makanan ternak karena terdapat kandungan
protein yang cukup besar dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
hewan ternak. Di sisi lain, onggok dapat digunakan untuk produksi etanol. Meskipun
merupakan limbah tetapi kandungan karbohidrat onggok masih tinggi yaitu
mencapai 63%-68%, sementara kadar airnya 20% (Wijayanti, 2012).
Perbedaan Tepung Tapioka dan Tepung Onggok
Tepung Tapioka
Tepung tapioka
juga sering disebut tepung aci atau tepung kanji. Tepung tapioka pada umumnya
dibagi menjadi dua, yaitu tapioka halus dan tapioka kasar. Pembuatan tepung tapioka halus biasanya
dari tapioka kasar yang mengalami penggilingan
kembali. Pabrik tepung tapioka kasar sebagai bahan mentah yang dibeli dari pedagang-pedagang kecil dari desa-desa. Pembuatan tepung tapioka kasar dilakukan
dengan memarut singkong yang telah dikupas
dan dicuci. Dengan air yang mengalir, parutan singkong diperas melalui saringan. Filtrat ditampung dan
pemerasan diakhiri bila filtrat yang ke luar sudah jernihdan larutan dibiarkan
mengendap. Endapan dicuci dengan air dan air pencuci dibuang sampai bersih (Koswara, 2009). Tepung
tapioka dibuat dengan mengekstrak bagian umbi singkong dengan tahap dapat
dilihat dalam Gambar 1 berikut.
Gambar.1.
Diagram Alir Pembuatan Tepung Tapioka (Marto, 2013).
Menurut Rahman (2007) dalam Amin
(2013), Tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong. Dalam memperoleh
pati dari singkong (tepung tapioka) harus dipertimbangkan usia atau kematangan
dari tanaman singkong.
Tepung Onggok
Onggok
(ampas) singkong merupakan limbah padat dari pembuatan tepung tapioka. Komposisi
onggok tepung tapioka sangat bervariasi bergantung pada jenis/varietas
singkong, daerah asal serta cara pengolahan tepung tapioka (Marto, 2013). Onggok
adalah limbah padat berupa ampas dari pengolahan ubikayu menjadi tapioka
(Mulyono, dkk., 2011).
Onggok adalah hasil samping
pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah padat utama setelah
proses pengepresan. Limbah padat industri tapioka berasal dari proses
pengupasan yaitu berupa kulit ubi kayu dan dari proses pengepresan berupa ampas
ubi kayu (Antika, 2013).
METODOLOGI
PRAKTIKUM
Waktu dan
Tempat
Praktikum
Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan Tepung Onggok dilakukan pada hari
Senin tanggal 25 Oktober 2015 pada pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai dan
bertempat di Laboratorium Industri dan Pengolahan Pakan Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat
yang digunakan dalam praktikum mengenai Pembuatan Tepung Onggok yaitu pisau,
parut, baskom, ember, alat pemeras, kain.
Bahan yang digunakan dalam praktikum
mengenai Pembuatan Tepung Onggok yaitu ubi kayu, air.
Metode Kerja
Mengupas
ubi kayu terlebih dahulu. Kemudian parut ubi kayu menggunakan parut listrik,
setelah itu hasil parutan ubi kayu dibungkus dengan kain lalu di peras didalam
alat pemeras sampai ampas ubi kayu memadat. Setelah padat, ampas dari hasil
parutan dijemur dibawah sinar matahari atau di keringkan menggunakan oven.
Setelah kering, ampas singkong digiing dengan menggunakan mesin.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Tepung Onggok
Berdasarkan hasil praktikum mengenai
pembuatan tepung onggok yaitu tepung onggok terbuat dari singkong atau ubi kayu
yang diparut dan diperas sarinya kemudian ampas ubi kayu dikeringkan setelah
kering digiling menggunakan mesin. Warna tepung onggok yakni nerwarna putih.
Hal ini sesuai dengan pendapat Antika (2013) yang menyatakan bahwa Onggok
adalah hasil samping pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah
padat utama setelah proses pengepresan. Limbah padat industri tapioka berasal
dari proses pengupasan yaitu berupa kulit ubi kayu dan dari proses pengepresan
berupa ampas ubi kayu. Dan ditambahkan dengan pendapat Koswara (2009) yang
menyatakan bahwa Endapan dikeringkan di atas tampi sampai kering sedangkan
ampas singkong yang telah tersangkut di atas seringan tersebut disebut onggok. Warna
tepung yang baik berwarna putih.
Kandungan
Nutrisi
Menurut
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (2003) dalam Sukma
(2009) menyatakan bahwa Dilihat dari zat gizi yang terkandung dalam 100 gr
onggok memiliki jumlah energi 359 kkal, protein1,4%, lemak 0,9% dan karbohidrat
86,5% .
Kandungan
pati dari onggok sekitar 50 – 70% dan serat kasar sekitar 8 %. kandungan pati
yang cukup tinggi ini, sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan alkohol
(Marto, 2013).
Antika
(2013) Komposisi onggok murni tersaji dalam Tabel 1.
Tabel. 1. Komposisi onggok murni
Komponen Kandungan
bahan (%)
Air -
Abu 0,47
Serat Kasar 11,59
Lemak 0,18
Protein 1,04
Pati -
Sumber
: Kristan (2007) dalam Antika (2013).
Berdasarkan hasil penelitian
Kristian (2007) dalam Antika (2013) Komposisi nutrisi onggok dipengaruhi oleh
varietas singkong, kandungan mineral, kadar air media tanam dan cara ekstraksi
pati singkong. Kadar air onggok yang tinggi menyebabkan onggok perlu segera
diolah lebih lanjut sebelum mengalami pembusukan. Selain itu onggok sebagai
bahan pakan memiliki zat antinutrisi yaitu kandungan asam sianida (HCN).
kandungan asam sianida (HCN) pada onggok dapat diminimalisir dengan melakukan
proses pengeringan sebelum diproses lebih lanjut.
Menurut Tarmudji (2004) dengan
proses bioteknologi dengan teknik fermentasi dapat meningkatkan mutu gizi dari
bahan-bahan yang bermutu rendah. Misalnya, produk fermentasi dari umbi ubikayu (Cassapro/
Cassava protein tinggi), memiliki kandungan protein 18-24%, lebih tinggi dari
bahan asalnya ubikayu, yang hanya mencapai 3%. Demikian juga, onggok terfermentasi
juga memiliki kandungan protein tinggi yakni 18% dan dapat digunakan sebagai
bahan baku ransum ayam ras pedaging.
% Dalam Pakan
Menurut
Tarmudji (2004) Onggok terfermentasi sampai dengan 10% dapat digunakan dalam
formulasi pakan ayam pedaging. Namun, pemberian lebih tinggi dari 10%, perlu
pengkajian lebih lanjut. Sebab pada penelitian sebelumnya pernah dilaporkan
bahwa, penggunaan cassapro ubikayu, lebih dari 10% dapat menimbulkan
dampak negatif, baik terhadap pertambahan bobot badan maupun konversi pakan.
Menurut Antasari dan Umiyasih (2009)
Pemanfaatan ubi kayu dalam onggok kering yang paling umum digunakan sebagai
bahan konsentrat baik untuk sapi potong maupun untuk sapi perah. Perubahan
kondisi rumen terjadi ketika ubi kayu digunakan sebagai bahan pakan ternak
ruminansia. Pemanfaatan onggok kering dalam konsentrat sebagai sumber energi
dapat mengurangi penggunaan jagung. Umbi ubi kayu ternyata mampu menggantikan
konsentrat sampai 50% pada ransum dengan formula berupa 30% rumput Gajah dan
70% konsentrat dan PBHH yang dicapai cukup tinggi yakni sebesar 1,09
kg/ekor/hari. Ubi kayu dapat digunakan sampai 80% di dalam konsentrat sebagai
sumber energi untuk pedet.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum Teknologi Pengolahan Pakan mengenai Pembuatan Tepung Onggok
maka dapat disimpulkan bahwa Onggok adalah hasil samping pengolahan singkong
menjadi tapioka yang berupa limbah padat utama setelah proses pengepresan. Zat
gizi yang terkandung dalam 100 gr onggok memiliki jumlah energi 359 kkal,
protein1,4%, lemak 0,9% dan karbohidrat 86,5%.
Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum
asisten menjelaskan dahulu kandungan-kandungan yang terdapat didalam
bahan-bahan yang akan di gunakan dalam praktikum serta metode-metode yang akan
dilakukan sehingga praktikan dapat memiliki wawasan baru tentang materi yang
akan di praktikumkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin, N. A., 2013. Pengaruh suhu fosforilasi terhadap sifat
fisikokimia pati tapioka
termodifikasi. Program Studi Ilmu Dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Antari, R., dan Umiyasih, U., 2009. Pemanfaatan tanaman ubi kayu
dan limbahnya secara optimal sebagai
pakan ternak ruminansia lokal. Penelitian
Sapi Potong. Grati, Pasuruan.
Antika, R., 2013. Penggunaan tepung onggok singkong yang
difermentasi rhizopus sp sebagai bahan
baku pakan ikan nila merah (Oreochromis
niloticus). Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung.
Koswara, S., 2009. Teknologi pengolahan singkong (teori dan praktek).
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Marto,
M. A., 2013. Pembuatan tepung tapioka. Universitas Lampung.
Mulyono,
A. M. W., Sariri, A. K., dan Yakin, E. A., 2011 penggantian sebagian jagung menggunakan onggok dan
onggok-terfermentasi terhadap kecernaan nutrien ayam petelur. Fakultas
Pertanian, Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo.
Nikmawati, E. E., 1999. Pola konsumsi pangan, tingkat kecukupan
gizi dan status gizi kaitannya
dengan budaya makan onggok singkong pada masyarakat
Cireundeu Cimahi Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sukma, A., 2009. Pemanfaatan onggok yang diperkaya dengan protein tepung telur dalam pembuatan rasi instan
bergizi. Program Pascasarjana
Universitas Andalas. Padang.
Supriyati,
Zainuddin, D., Kompiang, P. I., dan Soekamto P., 2013. Onggok terfermentasi sebagai bahan baku pakan
ayam kampung petelur. Balai
Penelitian Ternak. Bogor. Kelompok Peternak Unggas Padamukti, Malangbong Garut.
Tarmudji,
2004. Pemanfaatan onggok untuk pakan unggas. Peneliti pada Balitvet Bogor Dimuat pada Tabloid Sinar
Tani.
Wijayanti,
D. K., Lestari, C., dan Mulyanto, 2012. Pengaruh
overliming pada pembuatan etanol dari
limbah padat pabrik tepung tapioka onggok) dengan
hidrolisis asam dan enzim. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.