Kamis, 26 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM
TATA LAKSANA PADANG PENGEMBALAAN PETERNAKAN RAKYAT


PRAKTIKUM I
PEMBANGUNAN PADANG PENGEMBALAAN



                             NAMA                   : HAYU FITRIYANI
                             NIM                        : I111 13 092
                             KELOMPOK        : II (DUA)
                             GELOMBANG    : III (TIGA)
                             ASISTEN              : INDRIANI
















LABORATORIUM TANAMAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan dan yang termasuk kedalam kelompok makanan hijauan untuk ternak ini dapat berupa hijauan segar berupa rumput dan kacang-kacangan atau leguminosa.
            Ketersediaan hijauan makanan ternak yang cukup dalam arti kuantitas, kualitas dan kontinyuitas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha peternakan ruminansia. Kebutuhan hijauan sebagai pakan ternak ruminansia perhari 10 % dari berat badan ternak, sedangkan kebutuhan konsentrat perhari 1 % - 2 % dari berat badan ternak, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan hijauan sangat besar pada usaha peternakan ruminansia. Kondisi saat ini dilapangan, lahan-lahan yang menghasilkan hijauan alami sudah semakin menyusut, akibat dari semakin maksimalnya pemanfaatan lahan untuk usaha tanaman pangan dan perkebunan, serta untuk pembangunan perumahan maupun industri. Kesulitan hijauan lebih dirasakan pada waktu musim kemarau.
            Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunan dan pertanian setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau padang penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis hijauan unggul serta  disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak.
B. Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dari praktikum mengenai Pembangunan Padang Penggembalaan adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis bahan penanaman terhadap pertumbuhan, pengaruh jumlah ruas terhadap jumlah pertumbuhan tunas, pengaruh umur stek bagian batang terhadap perakaran dan pertunasan, dan mengetahui bagaimana pengaruh posisi penanaman stek terhadap perakaran dan pertunasan rumput gajah.
Kegunaan dari praktikum mengenai Pembangunan Padang Penggembalaan adalah agar kita mengetahui perlakuan yang mana yang bagus untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan rumput gajah sehingga nantinya bisa diterapkan dan menghasilkan hijauan pakan yang berkualitas dan berproduksi tinggi.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Pembangunan Padang Pengembalaan
            Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Faisa, 2013).
            Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri (Faisa, 2013).
            Padang rumput (penggembalaan) merupakan “meja makan” bagi ternak ruminansia dan/atau herbivora lainnya untuk menopang hidupnya. Ketercukupan kebutuhan dan asupan zat gizi utama seperti bahan kering, protein dan energi sangat ditentukan oleh mutu dan fenologi tumbuhan pakan tersebut. Fenologi tumbuhan pakan secara langsung mempengaruhi cara dan pola konsumsi (ingestive behaviour) dari ternak herbivora (Nurhayati, 2015).
Tujuan perbaikan padang penggembalaan adalah untuk meningkatkan kapasitas tampung dan kualitas hijauannya sehingga produksi ternak meningkat tanpa merusak habitat dan lingkungan. Perbaikan padang penggembalaan meliputi perbaikan teknis dan non­teknis. Perbaikan yang bersifat teknis antara lain perbaikan vegetasi (introduksi rumput unggul dan leguminosa atau introduksi legumiosa pada padang rumput alam) kombinasi dengan pemupukan, penyediaan sumber air, pemagaran, dan manajemen penggembalaan untuk menjamin keanekaragaman tanaman tetap terjaga, sehingga tidak terjadi overgrazing (penggembalaan yang berlebihan) atau undergrazing (penggembalaan kurang). Pada kasus overgrazing, padang rumput menjadi gundul dan sulit untuk tumbuh kembali yang lama kelamaan akan tumbuh gulma yang berbatang keras atau gulma beracun atau undergrazing. dimana ada sektor-sektor padang rumput yang tidak pernah diinjak oleh ternak, dengan demikian rumput akan tumbuh semakin tua dan keras sehingga ternak tidak akan menyentuhnya. Akhirnya rumput berubah menjadi gulma. Untuk menghindari overgrazing atau undergrazing, padang penggembalaan sebaiknya dibagi menjadi paddock-paddock (Nurhayati, 2015).
B. Macam-Macam Pembangunan Padang Pengembalaan
            Adapun macam-macam pembagian padang pengembalaan alam yaitu (Faisa, 2013) :
1.    Padang Penggembalaan Alam
       Padang Penggembalaan alam  merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan .
2.    Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan
       Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan  merupakan spesies – spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi).
3.     Padang Penggembalaan buatan (temporer)
       Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman pertanian.
4.    Padang Penggembalaan dengan Irigasi
       Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari (Faisa, 2013).
C. Gambaran Umum Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
            Rumput gajah (Pennisetum purpureum) mempunyai sistematika yang hampir sama, tetapi berbeda pada genus dan speciesnya, yaitu (Kusuma, 2014) :
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Pennisetum
Spesies: Pennisetum purpureum Schumacher
            Rumput gajah ( Pennisetum purpureum) secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas /buku (Kusuma, 2014).
            Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang juga dinamai rumput Napier atau rumput Uganda termasuk jenis rumput unggul. Rumput ini berasal dari daerah Afrika tropis. Terdapat tiga varietas yang terkenal yaitu varietas Capricorn, varietas Hawaii dan varietas Afrika Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)  mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa bahan keringnya mengandung 6,4% protein kasar, 34,5% serat kasar, 3,0% lemak, 8,6% abu dan 47,5% bahan Ekstraksi tanpa N (Nitrogen). Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) diberikan kepada ternak sebagai rumput potongan, artinya dipotong di kebun kemudian diberikan kepada ternak (Adi, 2010).
            Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan sebagai pencegah longsor akibat erosi. Morfologi rumput gajah yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 2 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Muda, 2008).
            Rumput gajah dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pous) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Pemotongan pada waktu penanaman ruas mata dapat Untuk bibit yang berasal dari sobekan rumpun/ anakan (pous) sebaiknya berasal dari rumpun yang sehat, banyak mengandung akar dan calon anakan baru. Sebelum penanaman bagian vegetatif dari sobekan rumpun dipangkas terlebih dahulu untuk menghindari penguapan yang tinggi sebelum sistem perakaran dapat aktif menghisap air (Muda, 2015).
D. Perkembangbiakan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
            Perkembangbiakan rumput gajah dapat dibedakan menjadi dua yaitu, perkembangan vegetatif dan perkembangan generatif (Yuanda, 2013) :
1.      Perkembangan Vegetatif
          Perkembangan vegetatif rumput gajah (Pennisetum purpureum) dapat dilakuan dengan dua cara yaitu Stek, Penggunaan metode stek ini biasa digunakan untuk melakukan peremajaan rumput gajah. Pada prosesnya setiap stek yang digunakan harus meniliki minimal 3 ruas dengan 2 ruas dibenamkan kedalam tanah. Ruas tersebut yang nantinya dapat berkembang menjadi tanaman baru dan menjadi tempat munculnya daun. Stolon adalah sejenis akar yang menjalar diatas permukaan tanah, sedangkan rhizom adalah akar yang berada dibawah permukaan tanah. Tiap jenis rumput akan mempunyai sifat “stoloniferous” atau “rhizomatous” yang akan menunjukkan bagaimana ia paling mudah dibiakkan. Pucuk daun atau akar akan keluar dari buku Jika stolon atau rhizom yang mempunyai buku ini jatuh pada habitat yang sesuai, maka akan tumbuh akar untuk memulai kehidupan sebagai suatu tumbuhan yang baru.
2.      Perkembangbiakan generatif
          Perkembangbiakan generatif rumput gajah (Pennisetum purpureum) secaraa generatif dilakukan dengan menggunakan biji sebagai sarana perkembangbiakan. Biji tersebut didapatkan dari hasil pembungaan rumput gajah. Selanjutnya biji tersebut akan dapat berkembang menjadi tanaman baru.
















BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
            Praktikum mengenai Pembangunan Padang Penggembalaan dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Maret 2015 pukul 14.00 WITA – selesai dan bertempat di Lahan Pastura, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Materi Praktikum
            Alat yang digunakan dalam Praktikum mengenai pembangunan padang penggembalaan adalah parang, linggis dan cangkul, meteran dan timbangan.
            Bahan yang digunakan dalam Praktikum mengenai pembangunan padang penggembalaan adalah stek, sobekan rumpun, ujung batang rumput gajah, polybag, latban, air, tanah dan kertas.
C. Metode Praktikum
            Adapun metode praktikum yaitu :
1.      Pengaruh jumlah ruas terhadap jumlah pertumbuhan tunas
            Pertama-tama rumput gajah yang tumbuh di lapangan (tinggi sekitar 1-1,5 m) dipotong di dekat permukaan tanahdan pangkal batang dibuat stek dengan memotong-motongnya menggunakan pisau tajam. Jumlah ruas stek yang dibuat adalah 1, 2, 3, dan 4 buah dengan masing-masing 2 ulangan.  Selanjutnya, stek ditanam di dalam polybag kapasitas 3 kg yamg telah diisi tanah sebelumnya. Stek sebanyak 1 batang ditanam dengan kedalaman satu ruas (node). Kemudian setiap stek dengan jumlah ruas yang berbeda ditanam masing-masing dalam 2 polybag. Selanjutnya tanaman dipelihara (disiram dan dibersihkan gulmanya) sampai mencapai umur 1 bulan. Setelah tanaman umur 1 bulan, tanaman digali dan diamati pertumbuhan akar dan tunasnya. Parameter yang diamati/diukur adalah jumlah anakan, berat akar dan pucuk, rasio akar dan pucuk.
2.      Pengaruh jumlah ruas terhadap jumlah pertumbuhan tunas
            Pertama-tama rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang tumbuh dilapangan (tinggi sekitar 1-1,5m) dipotong didekat permukaan tanah dan pangkal batang dibuat stek dengan memotong-motongnya menggunakan pisau tajam. Kemudian jumlah ruas stek yang dibuat adalah 1, 2, 3, dan 4 buah dengan masing-masing 2 ulangan. Kemudian stek ditanam di dalam polybag kapasitas 3 kg yang telah diisi tanah sebelumnya. Stek sebanyak 1 batang ditanam dengan kedalaman satu ruas (node). Selanjutnya tiap stek dengan jumlah ruas yang berbeda ditanam masing-masing dalam 2 polybag. Kemudian tanaman dipelihara (disiram dan dibersihkan gulmanya sampai mencapai umur 1 bulan. Setelah umur 1 bulan, tanaman di gali dan diamati pertumbuhan akar dan tunasnya.
3.      Pengaruh umur stek bagian-bagian batang terhadap perakaran dan pertunasan
            Pertama-tama Rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang tumbuh dilapangan (tinggi sekitar 1,5m) dipotong di bagian pangkal lalu diambil stek dengan ruas dibagian pangkal, tengah dan ujung tanaman dengan menggunakan pisau tajam. Kemudian stek ditanam dengan kedalaman satu buku (node) pada polybag yang telah diisi tanah sebanyak 1 tanaman per polybag. Adakan 2 ulangan per umur stek bagian-bagian batang. Satu bulan setelah tanam, tanaman digali dan diamati pertumbuhan akar dan pucuknya.
4.       Pengaruh posisi penanaman stek terhadap perakaran dan pertunasan rumput gajah (Pennisetum purpureum)
            Pertama-tama stek rumput gajah (Pennisetum purpureum)ditanam sedalam 2 buku dalam bebagai posisi yaitu horizontal sedalam 3 cm, horizontal sedalam 6 cm, Miring 45o, Tegak 90o, Miring 45o dengan posisi terbalik (bagian pangkal diatas). Kemudian penanaman dilakukan di polybag sebanyak 1 batang/polybag dengan 2 kali ulangan. Setelah dipelihara selama 1 bulan, tanaman digali dengan hati-hati dn diamati perakaran dan pertunasannya.













DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2010. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).  http://iqra5.blogspot.com/      2010/07/rumput-gajah-pennisetum-purpureum.html. Diakses pada tanggal   8 Maret 2015.
Faisa, R. 2013. Lap. Padang Penggembalaan. http://rezafaisa.blogspot.com/            2013/05/lap-padang-pengembalaan.html. Diakses pada tanggal 8 Maret    2015.
Irvantia, W., et al. 2014. Pengaruh Jumlah Ruas Cabang Terhadap Pertumbuhan Setek Bambu Hitam (Gigantochloa Atroviolacea). Jurnal Vol. 2 No. 1 : (59-66).
Kusuma, ME. 2014. Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Tinjauan      Pusataka Universitas Sumatera Utara.
Muda S. 2008. Budidaya Rumput Gajah Untuk Pakan Ternak.             https://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/22/budidaya-rumput-gajah-        untuk-pakan-ternak/. Diakses pada tanggal 8 Maret 2015.
Sawen D, dan Junaidi M. 2011. Potensi Padang Penggembalaan Alam Pada Dua   Kabupaten di Provinsi Papua Barat. Laboratorium Nutrisi dan Makanan     Ternak Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPPK)             Universitas Negeri Papua (Unipa) Manokwari.
Sugeng. 2015. Manfaat Rumput Gajah yang Harus Anda Ketahui.             http://manfaatdaundaun.blogspot.com/2015/01/manfaat-rumput-gajah-       yang-harus-anda.html. Diakses pada tanggal 8 Maret 2015.
Yuanda, D. 2013. Rumput Gajah. https://depanarinayuanda.wordpress.com/2013 /06/14/rumput-gajah/. Diakses pada tanggal 8 Maret 2015.









TUGAS KELOMPOK
RANSUM UNGGAS/ NON RUMINANSIA

KONSUMSI PAKAN TERNAK KUDA

OLEH :
KELOMPOK IX
                          NAMA : HAYU FITRIYANI (I 111 13 092)
                                           NITA KURNIAPUTRI (I 111 13 086)
                                           ABENG DAISURI (I 111 13 090)
                                           AGIL SUHARTO (I 111 13 088)

KELAS : GENAP B

                              










FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan  rahmat dan karunia-Nya  sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah RANSUM UNGGAS/ NON RUMINANSIA “KONSUMSI PAKAN TERNAK KUDA” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Melalui kesempatan ini team penulis dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurnaan, karena terbatasnya kemampuan dan waktu yang tersedia. Maka dari itu, kami memohon maaf atas kekurangan tersebut. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.










Makassar, 9 Mei 2015





                                                                                               

                                                                                                Kelompok 9


DAFTAR ISI
Kata Pengantar      ………………………………………………………..      i
Daftar Isi                 ………………………………………………………..      ii
BAB I PENDAHULUAN
      I.1. Latar Belakang……………………………………………………      1
      I.2. Rumusan Masalah………………………………………………..       1
      I.3. Tujuan Penulisan…………………………………………………       1
      I.4. Manfaat Penulisan………………………………………………..       2
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Definisi Kuda ……………………………………………………       3

II.2. Jenis-Jenis Kuda di Indonesia................................................             4

II.3. Nutrisi yang Diperlukan Ternak Kuda...........………………..        5

     II.4 Jenis-Jenis Pakan yang diberikan Kepada Kuda.....................          8
      II.5. Kebutuhan Vitamin pada Kuda.............................................       .   10
BAB III PENUTUP
      III.1. Kesimpulan………………………………………………………     14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...    15














BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
            Usaha beternak Kuda sudah sejak lama dikenal bangsa kita. Sebagian masyarakat di Nusa Tenggara dan Sulawesi beternak kuda di daerah yang luas, dimana kuda berkembang biak secara alamiah, hidup dan mendapat makanan dari apa yang ada di daerah sekitarnya. Kondisi dan faktor yang menguntungkan usaha peternakan kuda ialah tanah Indonesia mengandung kapur, musim hujan panjang dan padang rumputnya luas sehingga bisa memenuhi kebutuhan makanan kuda.
            Kuda yang berada di alam bebas di daerah Nusa Tenggara umumnya tidak akan kekurangan pakan karena alam sekitarnya membantu membesarkan dan menghidupinya. Setiap peternak atau pemilik kuda hendaknya berprinsip bahwa kuda yang hidup dalam perawatannya memerlukan lebih banyak perhatian daripada kuda yang hidup di alam bebas. Di alam bebas kuda dapat mencari sendiri makanannya sedangkan kuda yang dirawat manusia kehidupannya bergantung pada apa yang diberikan manusia kepadanya.
            Salah satu faktor yang sangat menunjang keberhasilan peternakan kuda adalah pakan. Pakan akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda, disamping tentunya faktor perawatan dan kesehatan yang tidak boleh disepelekan. Semua ketentuan ini berlaku bagi segala jenis kuda baik kuda asli maupun impor.
I.2. Rumusan Masalah
1.    Apa yang itu definisi Kuda ?
2.    Apa saja Jenis-Jenis kuda yang ada di Indonesia ?
3.    Apa saja nutrisi yang diperlukan ternak kuda?
4.    Apa jenis-jenis pakan yang diberikan kepada kuda ?
5.    Apa vitamin yang dibutuhkan ternak kuda ?

I.3. Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian Kuda
2.    Untuk mengetahui Jenis-Jenis kuda yang ada di Indonesia
3.    Untuk mengetahui nutrisi yang diperlukan ternak kuda
4.    Untuk mengetahui jenis-jenis pakan yang diberikan kepada kuda
5.    Kebutuhan vitamin ternak kuda

I.4. Manfaat Penulisan
1.    Sebagai materi pembelajaran pada mata kuliah Ransum Unggas/ Non Ruminansia
2.    Sebagai pelengkap tugas individu mata kuliah kuliah Ransum Unggas/ Non Ruminansia
3.    Sebagai bahan bacaan mengenai konsumsi pakan ternak kuda
































BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Definisi Kuda
            Kuda digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui anaknya), ordo Perssodactyla, famili Equidae, dan spesies Equus Cabalus (Blakely dan Blade). Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda yang liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda digunakan sebagai sumber pangan. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejaktahun 4.500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk manusia baru ditemukan sejak 2.000 SM (Irened, 2009).
Taksonomi dari kuda adalah sebagai berikut (Susilorini et al., 2007) :
Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Familia : Equidane
Genus : Equus
            Spesies : Equus caballus (Kuda)
            Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Kuda termasuk dalam ternak nonruminan herbivora dengan ukuran yang besar pada bagian sekum dan kolon (McNamara, 2006).
            Domestikasi kuda terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Kuda pertama kali digunakan sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda tersebut digunakan untuk alat transportasi cepat untuk mengangkut orang dan memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi ternak penting dalam bidang pertanian, pertambangan, dan kehutanan (McNamara, 2006).
            Kuda dapat diklasifikasikan menjadi tipe ringan, tipe berat maupun kuda poni sesuai ukuran, bentuk tubuh, dan kegunaan. Kuda tipe ringan mempunyai tinggi 1,45-1,7 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 kg dan biasa digunakan untuk pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45 m jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg, berbeda kuda berukuran kecil biasanya juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Irened, 2009).

II.2. Jenis-Jenis Kuda di Indonesia
Macam-macam kuda yang ada di Indonesia, yaitu (McNamara, 2006)  :
1.    Kuda Sandel
       Kuda sandel disebut juga Kuda Sumba karena sudah sejak lama dikenal di Pulau Sumba. Kuda sumba merupakan kuda yang terbaik di Indonesia. Tipe daging dan tarik ringan. Ciri-ciri : Bagian tubuhnya bagus, Tubuh bagian depan lebih besar dari belakang, Duduk ekor tinggi, Warna bermacam-macam, Temperamen cerah, riang dan bertingkah laku sabar, Tinggi 130 cm.
2. Kuda Sumbawa
            Kuda ini terdapat di Pulau Sumbawa, terdapat 2 ras yaitu : Kuda Sumbawa dan Kuda Bima. Badan kuda bima lebih rendah daripada Kuda Sumbawa. Tinggi 1-1,25 m, temperamen sabar dan tipe kerja.
3. Kuda Sawu
            Kuda sawu terdapat di Pulau Sawu, merupakan tipe tarik. Kuda Timor Kuda Timor terdapat di Pulau Timor, warna bermacam-macam, tinggi 1,36 m, tipe tarik.
4. Kuda Flores
            Di Flores terdapat 2 ras yaitu : Kuda Manggarai dan Kuda Ngada, merupakan Tipe Tarik, mempunyai warna umumnya merah.
5. Kuda Sulawesi
            Kuda Sulawesi Terdiri dari Kuda Bone dan Kuda Mahar.

6. Kuda Jawa
            Kuda-kuda jawa umumnya kecil dan tipe tarik.
7. Kuda Aceh
            Kuda-kuda Aceh banyak tersebar disekitar Danau Toba, kecil, tinggi 120 cm (Kuda batak)

II.3. Nutrisi yang Diperlukan Ternak Kuda
            Kebutuhan nutrien kuda untuk hidup pokok, kerja, dan reproduksi identik jenisnya dengan yang dibutuhkan oleh manusia, hewan kesayangan, dan hewan ternak lainnya. Jumlah kebutuhan kuda sangat bervariasi sesuai kondisi. Energi yang dibutuhkan kuda pacu melebihi hidup pokok hingga 50-100 kali lipatnya. Kuda yang bekerja keras mengeluarkan keringat dengan garam sebanyak 2-3 ounces (1 ounces = 28 g) pada hari panas. Kebutuhan kalsium anak kuda tiga kali lipat karena tulang-tulangnya tumbuh dengan cepat. Nutrien esensial adalah air, energi (karbohidrat dan lemak), protein, mineral, dan vitamin (Pawartos, 2013).
Air
            Air adalah nutrien paling penting dan sering diabaikan. Fungsi air untuk mengatur temperatur, menjaga keutuhan sel atau bentuk sel, transportasi nutrien, dan sebagai pembawa dalam proses pencernaan, absorpsi, dan eliminasi. Kuda dewasa minum 2 hingga 12 gallon (7,57 l hingga 45,42 l) tergantung, panas, kerja, dan jenis pakan yang dimakan. Kandungan kadar air yang rendah karena temperatur tinggi menambah konsumsi air. Berkeringat menyebabkan kebutuhan air dua atau tiga kali  kebutuhan normal. Sebaliknya, kuda yang makan pastura segar, mungkin mengandung 80% air, nampak mengabaikan bak air (Pawartos, 2013).
            Jika kuda dipaksa minum air bergaram, keseimbangan elektrolit dan tekanan intraseluler terpengaruh dan menyebabkan dehidrasi . Selanjutnya, bila air terasa bergaram bagi manusia, itu berarti terlalu bergaram bagi kuda. Kasus overhidrasi (minum yang berlebihan) terjadi pada kuda sakit (Pawartos, 2013).
Energi (karbohidrat dan lemak)
            Molekul organik kompleks karbohidrat terbentuk pada daun dengan fotosintesis dari CO2, air, dan garam anorganik, menggunakan energi dari matahari, dalam suatu proses yang dikatalisasi oleh klorofil.  Daun mengandung karbohidrat dapat larut yang mudah dicerna, batang secara kimia kompleks dan kurang tercerna. Biji tanaman tinggi kadar patinya dan tinggi kecernaannya. Biji jagung mungkin tercerna 80%. Bila tanaman mendekati dewasa, dengan cepat terbentuk senyawa kimia karbohidrat kompleks pada dinding selnya yang disebut selulosa dan lignin – secara bersama-sama disebut serat kasar – yang sulit dicerna oleh kuda. Beberapa selulosa dapat dicerna tetapi sedikit lignin yang dicerna. Kondisi kuda adalah suatu ukuran yang baik bagi konsumsi karbohidrat, bila kuda gemuk, berarti kuda makan karbohidrat terlalu banyak; bila kurus, terlalu sedikit dia mengkonsumsi karbohidrat (Pawartos, 2013).
Lemak
            Lemak adalah karbohidrat padat dan minyak adalah karbohidrat cair (Bradley, 1981). Formula satu lemak C57H104O6 menunjukkan tingginya rasio karbon (sumber energi) dan hidrogen terhadap oksigen. Lemak menyediakan 2,5 kali energi lebih banyak daripada karbohidrat pada berat yang sama. Persentase lemak tertinggi terdapat pada biji tanaman, misalnya 10% pada biji alfalfa. Asam linoleat, satu derivat lemak, penting untuk kesehatan bulu kuda. Pakan kuda normal sedikit mengandung asam lemak ini, penambahannya pada pakan memperbaiki bulu pada kuda (Pawartos, 2013).
Pengukuran kandungan energi 
            Pemilik-pemilik kuda sering menggunakan total digestible nutrients (TDN) dan digestible energi (DE). TDN adalah jumlah nutrien organik yang dapat dicerna (protein, BETN, lemak, dan serat kasar), dan lemak dikalikan 2,25 (Bradley, 1981). Selanjutnya, koefisien pencernaan nutrien-nutrien tersebut ditentukan dengan percobaan sebenarnya dengan kuda. Digestible energy (energi tercerna) adalah gross energy dalam pakan dikurangi energi yang hilang di dalam feses. DE dan TDN dapat dibandingkan dengan asumsi 2000 kilokalori DE sama dengan 1 pound (0,4536 kg) TDN (Pawartos, 2013).
Protein
            Protein menyediakan bahan untuk membuat jaringan otot. Selanjutnya, protein diperlukan untuk anak kuda yang sedang tumbuh dan induk laktasi, dan hidup pokok kuda-kuda dewasa. Pakan praktis mengandung protein 18% untuk kuda yang disapih dini hingga kurang dari 10% untuk kuda dewasa. Pakan yang mengandung 12% protein lebih dari cukup untuk kuda yang bekerja keras daripada 10% atau kurang. Protein adalah kompleks molekul karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen yang dibuat dari kombinasi 22 asam-asam amino. Asam-asam amino esensial tidak dapat dihasilkan dengan proses pencernaan dan metabolisme (Pawartos, 2013).
            Sintesis protein mikrobia pada kuda terjadi di sekum dan kolon, tetapi pencernaan dan absorpsinya tidak diketahui. Kira-kira 0,7% lisin dalam pakan cukup untuk pertumbuhan kuda sapihan. Protein sering ditunjukkan sebagai persentase total atau protein kasar atau protein tercerna (digestible protein/DP). Defisiensi protein tidak kentara dan sulit didiagnosis hingga sudah terlambat diketahui. Ciri-cirinya kuda lambat atau berhenti tumbuh, nafsu makan berkurang, rambut badan kasar, dan kerdil bila defisiensi parah terjadi dalam waktu lama. Produksi susu pada induk laktasi berkurang dan nafsu makan juga berkurang (Pawartos, 2013).
Mineral
            Mineral sangat penting untuk pertumbuhan tulang, gigi, dan keseimbangan asam-basa, reaksi-reaksi enzim, transport oksigen, perkembang-biakan, respons otot dan syaraf (Bradley, 1981). Mineral mayor digunakan dalam jumlah besar pada pakan kuda standard, yaitu garam, kalsium, dan fosfor. Mineral-mineral itu adalah senyawa-senyawa anorganik (tidak mengandung hidrokarbon) yang ditambang, diproses, dan ditambahkan pada pakan hewan (Pawartos, 2013)..
            Garam sebaiknya disediakan bebas pada semua hewan setiap saat di tempat yang terpisah dari sumber kalsium-fosfor agar kuda tidak dipaksa makan kalsium-fosfor untuk mencukupi kebutuhan garam. Hanya kuda yang menggunakan garam cukup banyak saat berkeringat pada saat bekerja keras saat temperatur tinggi. Garam menstimulasi sekresi saliva, sangat dibutuhkan untuk reaksi beberapa enzim, dan meningkatkan selera makan. Karena jumlah garam yang dibutuhkan bervariasi tergantung iklim dan aktivitas kuda, pakan yang mengandung ½ hingga 1% biasanya cukup untuk kebutuhannya. Defisiensi garam dalam waktu lama dapat menghilangkan nafsu makan, bulu kasar, mengurangi pertumbuhan, dan mengurangi produksi susu(Pawartos, 2013).
            Kalsium dan fosfor penting untuk pertumbuhan tulang, meskipun pertumbuhan tulang pada kuda dewasa telah berhenti, kehilangan metabolik terus terjadi selama hidupnya. 1100 pound (499 kg) memerlukan kira-kira 23 g kalsium dan 15 g fosfor setiap hari. Pakan standar kuda biasanya menghasilkan jumlah kalsium forfor tercerna tersebut, tetapi pakan untuk anak kuda dan sapihan jarang memenuhi kebutuhannya kecuali mineral-mineral itu ditambahkan. Kecernaan kalsium pada pakan kuda standar berkisar antara 55-75% dan 35-55% untuk fosfor.  Jika kuda muda menerima tidak cukup kalsium dan fosfor, tulangnya melengkung dan persendiaannya membesar, mineralisasi tidak cukup pada jaringan tulang, menghasilkan tulang yang lunak sepanjang hidup. Defisiensi mineral pada kuda dewasa menyebabkan tulang lemah dan bahaya pincang pada kaki yang berganti-ganti, kasus yang berlanjut menghasilkan osteomalasia (pelemahan tulang) (Pawartos, 2013).
            Kelebihan kalsium atau fosfor pada pakan, efek merusaknya tidak begitu nampak bila jumlah mineral lainnya cukup dalam pakan. Kondisi yang parah terjadi bila jumlah yang tinggi satu dari kedua mineral itu diberikan dengan jumlah mineral lainnya separuh atau kurang dari yang seharusnya. Bila fosfor diberikan berlebihan dalam pakan, misalnya dua kali jumlah kalsium pada periode lama, suatu kondisi irreversible yang disebut hyperparathyroidism atau “big head” terjadi. Rendahnya level kalsium darah memicu kelenjar parathyroid menyebabkan pengambilan kalsium dari tulang. Jaringan konektif mengganti kalsium di dalam tulang, dan permukaan tulang membesar. Pemberian pakan dengan biji-bijian atau seluruh pakan terdiri dari biji-bijian menyebabkan sebagian besar kondisi big head. Kelebihan kalsium dan fosfor meninggalkan tubuh melalui feses, urin, dan keringat (Pawartos, 2013).

II.4 Jenis-Jenis Pakan yang diberikan Kepada Kuda
            Menurut Mansyur et. al. (2006) Pakan yang diberikan kepada kuda umumnya dibagi kedalam dua golongan besar, yaitu rerumputan (hijauan) dan makanan penguat (konsentrat) non hijauan. Bahan pakan non rerumputan adalah dedak halus dan onggok,yang diberikan masing-masing sebanyak 2 kg per hari. Jumlah yang diberikan ini tidak berdasarkan pada kebutuhan hidup, tetapi lebihkepada kebiasaan yang diperoleh secaara turun-temurun. Pemberian rumput berkisar antara 20 – 25 kg per ekor per hari. Pemberian dedak halus dan onggok disertai dengan penambahan dedak kasar (kulit luar padi). Rata-rata pemberiannya sebanyak 500 g perekor per hari.
            Berdasarkan penelitian Veity et. al. (2015) Data diperoleh dari beberapa peternakan kuda pacu yang memberikan konsumsi pakan lokal maupun pakan impor. Pakan-pakan lokal yang biasa digunakan adalah jagung, gabah, kedelai, kacang hijau, rumput letup, rumput Australia, tebon jagung dan pakan impor yang biasanya digunakan adalah oat dan sustena.
            Forage termasuk pastura, hay, pakan mengandung air tinggi seperti silase. Rumput-rumput pastura yang subur dan sedang tumbuh dapat menyediakan nutrien berlimpah untuk kuda dengan proporsi yang tepat. Tidak semua pemelihara kuda menyediakan pastura untuk kudanya dan harus menggantikannya dengan hay berkualitas tinggi dengan TDN antara 30 hingga 56%, kandungan protein 3 hingga 20%, kandungan mineral antara 0,2 hingga 2% kalsium dan 0,15 hingga 0,4% fosfor (Pawartos, 2013).
            Rumput adalah cara alami untuk memberi pakan kuda. Tidak ada bahan pakan yang lebih lengkap nutriennya daripada pastura hijau yang tumbuh di tanah subur. Rumput tidak mahal, menyediakan air, mineral dan vitamin. Kuda yang bekerja keras memerlukan tambahan energi pakan karena kandungan energi rumput rendah. Rumput kering biasanya protein dan vitaminnya rendah, dan pastura yang padat memunculkan problem parasit. Kuda lebih merusak pastura daripada sapi dengan merobek atau melobangi lempengan rumput. Bila hanya tersedia 1 acre (0,4646 ha atau 4646 m2) setiap ekor kuda, area itu mencukupi untuk exercise (gerak badan atau latihan) tetapi sedikit pakan yang tersedia, dan kuda harus diberi pakan di kandang (Pawartos, 2013).
            Hay adalah pakan yang dihasilkan dengan mengeringkan forage hijau hingga kandungan airnya 15 hingga 20%. Hay berkualitas baik adalah bagian penting sebagian besar pakan kuda. Ketika separuh atau lebih kebutuhan nutrien kuda dari hay berkualitas baik, problem nutrisi hanya sedikit dan sebagian besar kuda dapat dipelihara tanpa bahan pakan lainnya. Hanya kuda muda atau yang bekerja keras dan kuda laktasi yang memerlukan tambahan nutrien (Pawartos, 2013).
            Ada tiga tipe hay, yaitu legum, non-legum, dan campuran keduanya. Legum mempunyai nodule-nodule kecil pada akar-akarnya yang bersama bakteri menghasilkan nitrogen tinggi atau kandungan protein pada daun-daunnya. Legum juga tinggi  kalsium, mineral-mineral, rasio daun-batang, dan palatabilitas. Legum menjadikan pakan kuda lebih baik dan sebaik terdapat pada pakan kuda muda yang sedang tumbuh dan kuda bibit. Legum lebih baik kandungan TDN, protein kasar, dan persentase kalsiumnya daripada non-legum (Pawartos, 2013).

II.5. Kebutuhan Vitamin pada Kuda
            Beberapa jenis vitamin dapat disintesis oleh kuda. Jumlah yang disintesis akan bervariasi tergantung jenis vitamin itu sendiri dan jenis ransum yang dimakan. Secum merupakan tempat yang ideal untuk sintesis vitamin. Tidak diketahui berapa banyak vitamin yang disintesis dalam secum diserap oleh usus besar, mungkin hanya sebagian kecil saja. Karena sulit untuk mengandalkan pada kuda untuk mensintesis seluruh kebutuhan vitamin B, maka perlu diberikan suplemen vitamin B pada ransum untuk kuda muda dan kuda pacu untuk memperbaiki performannya (Abun, 2006).
            Vitamin yang dibutuhkan oleh kuda terdiri atas 11 jenis vitamin B kompleks, 4 jenis vitamin yang larut dalam lemak, dan vitamin C. Sebagian besar vitamin dapat diperoleh dari hijauan, namun defisiensi dapat terjadi jika kuda banyak mengkonsumsi hijauan berkualitas rendah atau pakan yang tidak ditambah suplemen vitamin (Abun, 2006).
            Sebagian besar vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin C dan vitamin B komplek dapat disintesis oleh mikroorganisme dalam usus kuda, namun tidak untuk disimpan. Jumlah yang disintesis tergantung dari jenis vitamin dan jenis ransum yang dimakan. Suplementasi vitamin harus diberikan secara hati-hati karena kelebihan vitamin tertentu dapat berpengaruh terhadap vitamin yang lain.
Walaupun dapat disintesis oleh kuda, vitamin C sangat dibutuhkan terutama saat
cuaca panas, kondisi stress selama percepatan pertumbuhan atau memperbaiki
performan, dan jika ada factor penghambat sintesis vitamin C. Pada situasi tertentu, seperti kerja berat (selama latihan), balapan, atau perbaikan performan, suplementasi vitamin B kompleks menguntungkan. Sejauh ini toksisitas vitamin belum ada laporan karena kelebihannya segera dieksresikan dan keluar bersama feses (Abun, 2006).
Vitamin A
            Vitamin A disebut juga vitamin antiinfeksi , ophtalamin, retinol, biosterol, dan larut dalam lemak. Vitamin A digunakan untuk seluruh derivat beta-ionone yang secara biologis beraktvitas sebagai retinol. Satuan vitamin A adalah Intenasional Unit (U). Terdapat tiga jenis ester vitamin A yaitu : Vitamin A alcohol, Vitamin A asetat, dan Vitamin A palmitat, yang ketiganya mempunyai fungsi biologis yang sama dalam makanan kuda (Abun, 2006).
            Kebutuhan vitamin A pada kuda bervariasi dari : 650 sampai 1400 IU per pound kg pakan. Variasi ini tergantung pada status fisiologis kuda (Abun, 2006) :
·         Kuda dewasa kerja : 650 IU per pound pakan.
·         Kuda tumbuh : 800 IU
·         Kuda selama gestasi : 1400 IU
·         Kuda laktasi “ 100 – 1150 IU.
Kebutuhan vitamin berdasarkan bobot kuda, yaitu – Hidup pokok: 11,4 IU per pound bobot kuda.
- Dewasa kawin : 18,2 IU,
- Bunting dan laktasi : 22,7,
            Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan, kebutuhan vitamin A untuk hidup pokok menurun. Sedangkan berdasarkan jumlah karoten, kebutuhan vitamin A pada kuda adalah 1 mg karoten atau ekuvalen dengan 400 IU vitamin A (Abun, 2006).
            Defisiensi’ vitamin A pada kuda menyebabkan anoreksia (sehingga mempengaruhi nafsu makan (pertumbuhan terhambat, buta senja, lakrimasi, keratinisasi kornea, gangguan kulit dan pernafasan, pembesaran kelenjar sublingual, masalah reproduksi, dan cepat lelah (Abun, 2006).


Vitamin D
            Hampir seluruh bahan pakan mempunyi aktivitas vitamin D yang sangat rendah. Kuda memperoleh vitamin D dari cahaya matahari (cahaya menjadi sterol dalam kulit kuda), hay kering matahari, atau dari penambahan vitamin pada ransum. Kebutuhan vitamin D pada kuda 125 IU per pound pakan atau 3 IU per pound bobot tubuh (Abun, 2006).
            Defisiensi vitamin D menyebabkan berbagai gangguan seperti halnya kekurangan kalsium atau fosfor atau kedua-duanya. Hal ini disebabkan karena vitamin ini sangat erat dengan pembentukan tulang. Penyakit defisiensi vitamin D termasuk berkurangnya kalsifikasi tulang lunak, deformasi tulang, kad ang-kadang menyebabkan keretakan, dan berkurangnya kalsium dan fosfor dalam serum darah. Defisiensi vitamin D, Ca, atau P dapat menyebabkan deformasi (penyimpangan bentuk) tulang karena bobot hewan yang besar sedang otot tubuh lemah, dan tulang kosong (porous) (Abun, 2006).
Thiamin
            Vitamin B1, oryzamin, vitamin antibakteri, vitamin antineuritik, torulin
polinuramin, dan aneurin adalah nama lain dari thiamin. Penggunaan nama aktivitas thiamin dan “defisiensi vitamin”, lebih sering digunakan. Kuda yang diberi makan hay kualitas buruk akan defisien tiamin. Kuda yang keracunan “yellow star thistle (Centaurea solstitalia) penyebab paralysis  tenggorokan (glossopharyngeal) dapat dibantu dengan pemberian 1 gram tiamin per hari selama 5-7 hari. Suplemen tiamin menguntungkan jika defisiensi vitamin tersebut dalam ransum (Abun, 2006).
            Defisiensi thiamin menyebabkan Anoerexia (kuarang oksigen dalam darah) sehingga kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan, in-kordinasi (khususnya kaki atas/paha), darah rendah tiamin, asam piruvat darah meningkat, dan perbesaran dan hipertropi jantung. Seain itu juga defisiensi tiamin, akan menyebabkan bradycardia, dan menurunnya denyut jantung, ataxia, fasciculasi otot, hypothermia periodik pada bagian peripheral (kuku kuda, telinga, mulut). Beberapa ekor kuda yang diteliti seperti buta, diarhe, dan kehilangan berat badan (Abun, 2006).
            Kebutuhan tiamin untuk kuda sebesar 1,36 mg tiamin per pon pakan. Tingkat pemberian ini memperbaiki nafsu makan dan konsumsi, pertambahan berat badan, dan tingkat normal kandungan tiamin dalam otot rangka kuda yang sedang tumbuh (Abun, 2006).




























BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan mengenai ternak kuda, dapat ditarik kesimpulan yakni :
1.        Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Kuda termasuk dalam ternak nonruminan herbivora dengan ukuran yang besar pada bagian sekum dan kolon.
2.        Macam-macam kuda yang ada di Indonesia, yaitu kuda sandel, kuda sumbawa, kuda sawu, kuda flores, kuda sulawesi, kuda jawa, kuda aceh.
3.        Kebutuhan nutrisi kuda adalah air, energi (karbohidrat dan lemak), protein, mineral, dan vitamin.
4.        Jenis-jenis pakan yang diberikan kepada kuda umumnya dibagi kedalam dua golongan besar, yaitu rerumputan (hijauan) dan makanan penguat (konsentrat) non hijauan.
5.        Vitamin yang dibutuhkan oleh kuda terdiri atas 11 jenis vitamin B kompleks, 4 jenis vitamin yang larut dalam lemak, dan vitamin C.
           














DAFTAR PUSTAKA
Abun, 2006. Kebutuhan Vitamin Untuk Kuda Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi  Ternak Monogastrik. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas   Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor.

Irened, 2009. Peternakan Kuda di Nusantara. https://irined14070168.wordpress     .com/2009/12/25/peternakan-kuda-di-nusantara-polo-club/. Diakses pada   tanggal 9 Mei 2015.

Mansyur, U., Tanuwiria, H.,  dan Rusmana, D., 2006. Eksplorasi Hijauan Pakan     Kuda dan Kandungan Nutrisinya. Fakultas Peternakan Universitas         Padjadjaran, Bandung.

McNamara, J. P. 2006. Principle of Companion Animal Nutrition. Upper Saddle,      New Jersey.

Pawartos, 2013. Dasar Nutrisi Kuda. http://www.pawartos.com/2013/04/dasar-nutrisi-           kuda.html Diakses pada tanggal 9 Mei 2015.

Susilorini, T.E., Manik E. S., & Murharlien. 2007. Budidaya 22 Ternak Potensial.     Penebar Swadaya, Jakarta.

Veity, Pongoh, M., Tulung, B., Tulung, Y.L.R., Rumokoy, L.J.M., 2015. Uji  Karakteristik Fisik dan Kimia Pakan Lokal dan Impor Kuda Pacu Minahasa. Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi.
.