Kamis, 26 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM
TATA LAKSANA PADANG PENGEMBALAAN PETERNAKAN RAKYAT


PRAKTIKUM I
PEMBANGUNAN PADANG PENGEMBALAAN



                             NAMA                   : HAYU FITRIYANI
                             NIM                        : I111 13 092
                             KELOMPOK        : II (DUA)
                             GELOMBANG    : III (TIGA)
                             ASISTEN              : INDRIANI
















LABORATORIUM TANAMAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan dan yang termasuk kedalam kelompok makanan hijauan untuk ternak ini dapat berupa hijauan segar berupa rumput dan kacang-kacangan atau leguminosa.
            Ketersediaan hijauan makanan ternak yang cukup dalam arti kuantitas, kualitas dan kontinyuitas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha peternakan ruminansia. Kebutuhan hijauan sebagai pakan ternak ruminansia perhari 10 % dari berat badan ternak, sedangkan kebutuhan konsentrat perhari 1 % - 2 % dari berat badan ternak, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan hijauan sangat besar pada usaha peternakan ruminansia. Kondisi saat ini dilapangan, lahan-lahan yang menghasilkan hijauan alami sudah semakin menyusut, akibat dari semakin maksimalnya pemanfaatan lahan untuk usaha tanaman pangan dan perkebunan, serta untuk pembangunan perumahan maupun industri. Kesulitan hijauan lebih dirasakan pada waktu musim kemarau.
            Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunan dan pertanian setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau padang penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis hijauan unggul serta  disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak.
B. Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dari praktikum mengenai Pembangunan Padang Penggembalaan adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis bahan penanaman terhadap pertumbuhan, pengaruh jumlah ruas terhadap jumlah pertumbuhan tunas, pengaruh umur stek bagian batang terhadap perakaran dan pertunasan, dan mengetahui bagaimana pengaruh posisi penanaman stek terhadap perakaran dan pertunasan rumput gajah.
Kegunaan dari praktikum mengenai Pembangunan Padang Penggembalaan adalah agar kita mengetahui perlakuan yang mana yang bagus untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan rumput gajah sehingga nantinya bisa diterapkan dan menghasilkan hijauan pakan yang berkualitas dan berproduksi tinggi.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Pembangunan Padang Pengembalaan
            Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Faisa, 2013).
            Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri (Faisa, 2013).
            Padang rumput (penggembalaan) merupakan “meja makan” bagi ternak ruminansia dan/atau herbivora lainnya untuk menopang hidupnya. Ketercukupan kebutuhan dan asupan zat gizi utama seperti bahan kering, protein dan energi sangat ditentukan oleh mutu dan fenologi tumbuhan pakan tersebut. Fenologi tumbuhan pakan secara langsung mempengaruhi cara dan pola konsumsi (ingestive behaviour) dari ternak herbivora (Nurhayati, 2015).
Tujuan perbaikan padang penggembalaan adalah untuk meningkatkan kapasitas tampung dan kualitas hijauannya sehingga produksi ternak meningkat tanpa merusak habitat dan lingkungan. Perbaikan padang penggembalaan meliputi perbaikan teknis dan non­teknis. Perbaikan yang bersifat teknis antara lain perbaikan vegetasi (introduksi rumput unggul dan leguminosa atau introduksi legumiosa pada padang rumput alam) kombinasi dengan pemupukan, penyediaan sumber air, pemagaran, dan manajemen penggembalaan untuk menjamin keanekaragaman tanaman tetap terjaga, sehingga tidak terjadi overgrazing (penggembalaan yang berlebihan) atau undergrazing (penggembalaan kurang). Pada kasus overgrazing, padang rumput menjadi gundul dan sulit untuk tumbuh kembali yang lama kelamaan akan tumbuh gulma yang berbatang keras atau gulma beracun atau undergrazing. dimana ada sektor-sektor padang rumput yang tidak pernah diinjak oleh ternak, dengan demikian rumput akan tumbuh semakin tua dan keras sehingga ternak tidak akan menyentuhnya. Akhirnya rumput berubah menjadi gulma. Untuk menghindari overgrazing atau undergrazing, padang penggembalaan sebaiknya dibagi menjadi paddock-paddock (Nurhayati, 2015).
B. Macam-Macam Pembangunan Padang Pengembalaan
            Adapun macam-macam pembagian padang pengembalaan alam yaitu (Faisa, 2013) :
1.    Padang Penggembalaan Alam
       Padang Penggembalaan alam  merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan .
2.    Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan
       Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan  merupakan spesies – spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi).
3.     Padang Penggembalaan buatan (temporer)
       Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman pertanian.
4.    Padang Penggembalaan dengan Irigasi
       Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari (Faisa, 2013).
C. Gambaran Umum Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
            Rumput gajah (Pennisetum purpureum) mempunyai sistematika yang hampir sama, tetapi berbeda pada genus dan speciesnya, yaitu (Kusuma, 2014) :
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Pennisetum
Spesies: Pennisetum purpureum Schumacher
            Rumput gajah ( Pennisetum purpureum) secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas /buku (Kusuma, 2014).
            Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang juga dinamai rumput Napier atau rumput Uganda termasuk jenis rumput unggul. Rumput ini berasal dari daerah Afrika tropis. Terdapat tiga varietas yang terkenal yaitu varietas Capricorn, varietas Hawaii dan varietas Afrika Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)  mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa bahan keringnya mengandung 6,4% protein kasar, 34,5% serat kasar, 3,0% lemak, 8,6% abu dan 47,5% bahan Ekstraksi tanpa N (Nitrogen). Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) diberikan kepada ternak sebagai rumput potongan, artinya dipotong di kebun kemudian diberikan kepada ternak (Adi, 2010).
            Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan sebagai pencegah longsor akibat erosi. Morfologi rumput gajah yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 2 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Muda, 2008).
            Rumput gajah dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pous) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Pemotongan pada waktu penanaman ruas mata dapat Untuk bibit yang berasal dari sobekan rumpun/ anakan (pous) sebaiknya berasal dari rumpun yang sehat, banyak mengandung akar dan calon anakan baru. Sebelum penanaman bagian vegetatif dari sobekan rumpun dipangkas terlebih dahulu untuk menghindari penguapan yang tinggi sebelum sistem perakaran dapat aktif menghisap air (Muda, 2015).
D. Perkembangbiakan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
            Perkembangbiakan rumput gajah dapat dibedakan menjadi dua yaitu, perkembangan vegetatif dan perkembangan generatif (Yuanda, 2013) :
1.      Perkembangan Vegetatif
          Perkembangan vegetatif rumput gajah (Pennisetum purpureum) dapat dilakuan dengan dua cara yaitu Stek, Penggunaan metode stek ini biasa digunakan untuk melakukan peremajaan rumput gajah. Pada prosesnya setiap stek yang digunakan harus meniliki minimal 3 ruas dengan 2 ruas dibenamkan kedalam tanah. Ruas tersebut yang nantinya dapat berkembang menjadi tanaman baru dan menjadi tempat munculnya daun. Stolon adalah sejenis akar yang menjalar diatas permukaan tanah, sedangkan rhizom adalah akar yang berada dibawah permukaan tanah. Tiap jenis rumput akan mempunyai sifat “stoloniferous” atau “rhizomatous” yang akan menunjukkan bagaimana ia paling mudah dibiakkan. Pucuk daun atau akar akan keluar dari buku Jika stolon atau rhizom yang mempunyai buku ini jatuh pada habitat yang sesuai, maka akan tumbuh akar untuk memulai kehidupan sebagai suatu tumbuhan yang baru.
2.      Perkembangbiakan generatif
          Perkembangbiakan generatif rumput gajah (Pennisetum purpureum) secaraa generatif dilakukan dengan menggunakan biji sebagai sarana perkembangbiakan. Biji tersebut didapatkan dari hasil pembungaan rumput gajah. Selanjutnya biji tersebut akan dapat berkembang menjadi tanaman baru.
















BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
            Praktikum mengenai Pembangunan Padang Penggembalaan dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Maret 2015 pukul 14.00 WITA – selesai dan bertempat di Lahan Pastura, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Materi Praktikum
            Alat yang digunakan dalam Praktikum mengenai pembangunan padang penggembalaan adalah parang, linggis dan cangkul, meteran dan timbangan.
            Bahan yang digunakan dalam Praktikum mengenai pembangunan padang penggembalaan adalah stek, sobekan rumpun, ujung batang rumput gajah, polybag, latban, air, tanah dan kertas.
C. Metode Praktikum
            Adapun metode praktikum yaitu :
1.      Pengaruh jumlah ruas terhadap jumlah pertumbuhan tunas
            Pertama-tama rumput gajah yang tumbuh di lapangan (tinggi sekitar 1-1,5 m) dipotong di dekat permukaan tanahdan pangkal batang dibuat stek dengan memotong-motongnya menggunakan pisau tajam. Jumlah ruas stek yang dibuat adalah 1, 2, 3, dan 4 buah dengan masing-masing 2 ulangan.  Selanjutnya, stek ditanam di dalam polybag kapasitas 3 kg yamg telah diisi tanah sebelumnya. Stek sebanyak 1 batang ditanam dengan kedalaman satu ruas (node). Kemudian setiap stek dengan jumlah ruas yang berbeda ditanam masing-masing dalam 2 polybag. Selanjutnya tanaman dipelihara (disiram dan dibersihkan gulmanya) sampai mencapai umur 1 bulan. Setelah tanaman umur 1 bulan, tanaman digali dan diamati pertumbuhan akar dan tunasnya. Parameter yang diamati/diukur adalah jumlah anakan, berat akar dan pucuk, rasio akar dan pucuk.
2.      Pengaruh jumlah ruas terhadap jumlah pertumbuhan tunas
            Pertama-tama rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang tumbuh dilapangan (tinggi sekitar 1-1,5m) dipotong didekat permukaan tanah dan pangkal batang dibuat stek dengan memotong-motongnya menggunakan pisau tajam. Kemudian jumlah ruas stek yang dibuat adalah 1, 2, 3, dan 4 buah dengan masing-masing 2 ulangan. Kemudian stek ditanam di dalam polybag kapasitas 3 kg yang telah diisi tanah sebelumnya. Stek sebanyak 1 batang ditanam dengan kedalaman satu ruas (node). Selanjutnya tiap stek dengan jumlah ruas yang berbeda ditanam masing-masing dalam 2 polybag. Kemudian tanaman dipelihara (disiram dan dibersihkan gulmanya sampai mencapai umur 1 bulan. Setelah umur 1 bulan, tanaman di gali dan diamati pertumbuhan akar dan tunasnya.
3.      Pengaruh umur stek bagian-bagian batang terhadap perakaran dan pertunasan
            Pertama-tama Rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang tumbuh dilapangan (tinggi sekitar 1,5m) dipotong di bagian pangkal lalu diambil stek dengan ruas dibagian pangkal, tengah dan ujung tanaman dengan menggunakan pisau tajam. Kemudian stek ditanam dengan kedalaman satu buku (node) pada polybag yang telah diisi tanah sebanyak 1 tanaman per polybag. Adakan 2 ulangan per umur stek bagian-bagian batang. Satu bulan setelah tanam, tanaman digali dan diamati pertumbuhan akar dan pucuknya.
4.       Pengaruh posisi penanaman stek terhadap perakaran dan pertunasan rumput gajah (Pennisetum purpureum)
            Pertama-tama stek rumput gajah (Pennisetum purpureum)ditanam sedalam 2 buku dalam bebagai posisi yaitu horizontal sedalam 3 cm, horizontal sedalam 6 cm, Miring 45o, Tegak 90o, Miring 45o dengan posisi terbalik (bagian pangkal diatas). Kemudian penanaman dilakukan di polybag sebanyak 1 batang/polybag dengan 2 kali ulangan. Setelah dipelihara selama 1 bulan, tanaman digali dengan hati-hati dn diamati perakaran dan pertunasannya.













DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2010. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).  http://iqra5.blogspot.com/      2010/07/rumput-gajah-pennisetum-purpureum.html. Diakses pada tanggal   8 Maret 2015.
Faisa, R. 2013. Lap. Padang Penggembalaan. http://rezafaisa.blogspot.com/            2013/05/lap-padang-pengembalaan.html. Diakses pada tanggal 8 Maret    2015.
Irvantia, W., et al. 2014. Pengaruh Jumlah Ruas Cabang Terhadap Pertumbuhan Setek Bambu Hitam (Gigantochloa Atroviolacea). Jurnal Vol. 2 No. 1 : (59-66).
Kusuma, ME. 2014. Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Tinjauan      Pusataka Universitas Sumatera Utara.
Muda S. 2008. Budidaya Rumput Gajah Untuk Pakan Ternak.             https://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/22/budidaya-rumput-gajah-        untuk-pakan-ternak/. Diakses pada tanggal 8 Maret 2015.
Sawen D, dan Junaidi M. 2011. Potensi Padang Penggembalaan Alam Pada Dua   Kabupaten di Provinsi Papua Barat. Laboratorium Nutrisi dan Makanan     Ternak Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPPK)             Universitas Negeri Papua (Unipa) Manokwari.
Sugeng. 2015. Manfaat Rumput Gajah yang Harus Anda Ketahui.             http://manfaatdaundaun.blogspot.com/2015/01/manfaat-rumput-gajah-       yang-harus-anda.html. Diakses pada tanggal 8 Maret 2015.
Yuanda, D. 2013. Rumput Gajah. https://depanarinayuanda.wordpress.com/2013 /06/14/rumput-gajah/. Diakses pada tanggal 8 Maret 2015.




1 komentar: