Makalah
Ransum Unggas/ Non
Ruminansia
“Kebutuhan
Nutrisi Itik Petelur”
Nama :
Hayu Fitriyani
Nim : I 111 13 092
Kelas : Genap B
Dosen : Jamilah,
S.Pt, M.Si.
Add caption |
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah RANSUM UNGGAS/ NON RUMINANSIA “KEBUTUHAN
NUTRISI ITIK PETELUR” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Melalui kesempatan ini penulis dengan rendah hati
mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurnaan, karena terbatasnya kemampuan dan waktu yang tersedia.
Maka dari itu, penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
Makassar, 7 Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Sampul ……………………………………………………….. i
Kata Pengantar ……………………………………………………….. ii
Daftar Isi ……………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang…………………………………………………… 1
I.2.
Rumusan Masalah……………………………………………….. 1
I.3.
Tujuan Penulisan………………………………………………… 1
I.4.
Manfaat Penulisan……………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Sejarah
itik ……………………………………………………... 3
II.2. Persyaratan Kecukupan Gizi Untuk Itik................................ 3
II.3. Pakan Lokal
Untuk Itik Petelur......................……………….. 4
II.4.
Kelebihan dan Kekurangan dari Pakan Lokal (dedak padi)... 7
BAB
III PENUTUP
III.1.
Kesimpulan……………………………………………………… 8
III.2.
Saran ………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 9
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Itik merupakan salah satu spesies unggas air yang telah banyak dibudidayakan.
Di Indonesia, ternak itik telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat
di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur sehingga
populasinya tersebar hampir merata di seluruh wilayah tanah air. Selain itu,
itik merupakan salah satu jenis unggas potensial setelah ayam.
Di Indonesia,
ternak itik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial
disamping ayam. Kelebihan dari ternak ini adalah lebih tahan penyakit dibandingkan
dengan ayam ras sehingga pemeliharaannya mudah dan tidak banyak mengandung
resiko. Umumnya, itik masih dipelihara secara tradisional dengan penggembalaan
secara berpindah-pindah dari sawah satu ke sawah yang lain. Dengan semakin
sempitnya areal penggembalaan dan banyaknya kasus kematian ternak akibat keracunan
pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.
Penyediaan pakan
untuk itik yang dipelihara secara intensif sering menjadi kendala dalam
peralihan cara pemeliharaan dari tradisional ke intensif, karena itik yang
dipelihara secara intensif biasanya
diberi pakan produksi pabrik atau pakan komersial yang menghabiskan 60-70%
biaya produksi. Hal ini merupakan beban yang cukup berat apabila itik yang
dipelihara hanya berproduksi rata-rata kurang dari 60%. Keadaan ini memacu
peternak untuk menyusun ransum itik sendiri. Penggunaan pakan komersial hanya
terbatas untuk itik periode awal (umur 0-28 hari), hal ini berkaitan dengan
alasan yang sifatnya ekonomis, disamping karena bahan baku pakan itik tidak
mudah diperoleh.
I.1. Rumusan Masalah
1.
Apa
sejarah itik ?
2.
Apa persyaratan
kecukupan gizi untuk itik?
3.
Apa
saja pakan lokal yang diberikan untuk itik petelur?
4.
Apa
kelebihan dan kekurangan dari pakan lokal (dedak padi)?
I.2.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dan jenis-jenis itik
2.
Untuk
mengetahui persyaratan kecukupan gizi untuk itik
3.
Untuk
mengetahui pakan lokal yang diberikan untuk itik petelur
4.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pakan lokal (dedak padi)
I.3.
Manfaat Penulisan
1.
Sebagai materi
pembelajaran pada mata kuliah Ransum Unggas/ Non Ruminansia
2.
Sebagai pelengkap tugas individu mata kuliah kuliah
Ransum Unggas/ Non Ruminansia
3.
Sebagai bahan bacaan mengenai kebutuhan nutrisi itik petelur
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1. Sejarah itik
Menurut sejarah Pustaka, nenek
moyang itik berasal dari Amerika Utara. Nenek moyang itik ini merupakan itik
liar (Anas moscha) atau wild mallaard. Selanjutnya itik liar ini dijinakkan
oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas
domesticus (Kiswantoro, 2013).
Di
banding dengan unggas lain, itik memiliki keunggulan sebagai berikut
(Kiswantoro, 2013) :
a.
Mampu
mempertahankan produksi telur lebih lama,
b.
Bila dipelihara
dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik masih mampu
berproduksi dengan baik,
c.
Umumnya tingkat
morbilitas dan mortalitas rendah,
d.
Itik selalu
bertelur di pagi hari, dengan demikian kegiatan pengambilan telur dilakukan
sekali sehari sebagai peternak dapat melakukan kegiatan lainnya,
e.
Dengan pakan
yang berkualitas rendah itik masih mampu bertelur,
f.
Telurnya baik
dijadikan untuk telur asin dan jamu.
Tidak semua itik potensial sebagai penghasil telur.
Itik-itik yang mampu bertelur cukup banyak dan secara ekonomis menguntungkan
yang digolongkan sebagai itik petelur. Di antara itik-itik petelur ini ada
beberapa yang merupakan petelur unggul yang sering kali dijuluki sebagai mesin
telur. Beberapa jenis itik petelur yang dikenal di indonesia antara lain (Kiswantoro,
2013) :
a)
Khaki Campbell,
b)
CV 2000,
c)
Tegal, Alabio,
d)
Bali,
e)
Mojosari.
II.2. Persyaratan
Kecukupan Gizi Untuk Itik
Pada pemeliharaan itik intensif
semua kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan atau bertelur harus diberikan oleh
peternak sehingga biaya yang dibutuhkan untuk pembelian pakan cukup tinggi.
Oleh karma itu pemberian pakan yang murah dan memenuhi kebutuhan zat gizi sangat perlu untuk
menunjang keberhasilan usaha peternakan itik. Zat gizi yang dibutuhkan oleh
itik untuk dapat hidup, bertumbuh dan bertelur adalah: air, protein, sumber
energi (lemak dan karbohidrat), vitamin dan mineral. Adapun uraiannya sebagai
berikut (Akbar, 2011):
1. Air
Air merupakan zat gizi
yang penting terutama untuk proses metabolisme (pemecahan atau pembentukan zat
gizi dalam tubuh), pengangkutan zat gizi dan zat khusus didalam darah serta
untuk pengeluaran panas tubuh. Penyediaan air secara terus menerus sangat
diperlukan karma ternak itik tidak dapat minum air dalam jumlah banyak pada suatu saat. Kekurangan air akan
menyebabkan ternak kerdil bahkan mati. Berbeda dengan ayam, selain sebagai zat
gizi (diminum), air juga dibutuhkan itik untuk membasahi kepalanya. Oleh karma
itu ke dalaman air pada tempat minum harus dapat membasahi kepala itik.
2. Protein dan Energi
Protein adalah zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan, menggantikan jaringan tubuh yang sudah tua
dan untuk pembentukan antibodi yang berguna untuk melawan penyakit di dalam
tubuh. Penentuan kebutuhan protein selalu dihubungkan dengan tingkat energi
dalam pakan karma protein dapat dijadikan sebagai sumber energi dan dibutuhkan
dalam pembentukan protein. Untuk itik periode bertelur, pemberian pakan dengan
kadar protein tinggi (18%) dapat memproduksi telur lebih balk dibandingkan
pakan dengan kadar protein lebih rendah (16%), sedangkan energi metabolisme untuk
itik yang sedang bertelur adalah 2.700 Kkal/kg. Pemberian kadar protein yang
lebih rendah menyebabkan telur yang dihasilkan lebih kecil, sedangkan bila
kadar energi pakan yang lebih rendah akan menyebabkan penurunan produksi telur,
tetapi tidak mempengaruhi berat telur.
3. Vitamin dan Mineral
Vitamin adalah zat gizi
yang dibutuhkan sebagai pernbantu (katalis) dalam proses pembentukan atau
pemecahan zat gizi lain di dalam tubuh, jadi hanya dibutuhkan dalam jumlah
sedikit. Mineral dibutuhkan untuk membentuk kerangka (tulang) tubuh, membantu pencernaan
dan metabolisme dalam sel serta untuk pembentukan kerabang (kulit) telur. Zat
kapur atau (Calcium = Ca) dan fosfor (P) adalah zat mineral yang paling banyak
dibutuhkan. Kedua zat ini mempunyai hubungan yang saling terkait. Untuk itik
yang sedang bertelur dibutuhkan zat kapur dan fosfor yang cukup tinggi dalam
pakannya berkisar 3,0% Ca dan 0,60% P. Penurunan zat kapur hingga 1,25% dalam
pakan menyebabkan penurunan produksi telur dan kerabang telur yang lebih tipis.
Kekurangan zat fosfor akan menurunkan nafsu makan dan menyebabkan pertumbuhan
yang terlambat, serta penurunan produksi dan berat telur. Penambahan garam
dapur 0,2% hingga 0,5% sudah dapat menunjang pertumbuhan dan produksi telur
yang balk. Kebutuhan akan mineral lain (Mg, K, Zn, Fe, I, Mn, Mo, Se, Co, Cl)
dan vitamin adalah dalam jumlah yang sangat sedikit (Sutrisna, 2011).
II.3. Pakan Lokal Untuk Itik Petelur
Banyak bahan pakan alternatif (bahan
pakan pilihan) yang bisa digunakan, namun dalam mencari bahan yang akan dipakai
hendaknya berpegang pada kadar protein dan energy yang diperlukan itik. Bahan pakan sumber energi untuk itik antara
lain adalah dedak padi, jagung, menu, tepung singkong, polar, nasi kering, roti
afkir dan mie afkir, namun dalam pemberiannya sebaiknya tidak dalam bentuk
keying, tetapi agak basah atau jika terlalu keras perlu direndam sebelum
diberikan pada itik. Sebagai contoh perendaman diperlukan jika itik diberi nasi
kering, sehingga nasi tersebut menjadi agak lunak/lembek dan dapat ditelan
dengan mudah oleh itik. Bahan pakan
sumber protein yang sangat disukai oleh itik dalam bentuk segar adalah ikan
rucah, cangkang udang dan keong, namun pemberiannya haruslah dalam ukuran yang
cukup kecil untuk memudahkan itik menelannya. Selain itu berbagai jenis bahan
pakan sumber protein yang berbentuk tepung yang dapat diberikan kepada itik
antara lain bungkil kelapa, tepung ikan, bekicot dan sebagainya (Sutrisna,
2011).
Beberapa
pakan alternatif yang dapat diberikan kepada itik antara lain (JB, 2013) :
1. Bekatul
Bekatul merupakan dedak hasil dari proses penggilingan
padi. Bobotnya sekitar 10% dari total berat padi. Dedak kaya karbohidrat
sebagai sumber energi. Penggunaan bekatul hingga 75% dalam ransum itik petelur
tidak mengganggu produksi telur asalkan kandungan nutrisi yang lain mencukupi.
2. Singkong
Singkong mudah ditemukan dan harganya murah. Bagian
singkong yang dapat digunakan sebagai pakan itik adalah umbi yang yang dibuat
tepung. tepung singkong atau gaplek mempunyai kandungan karbohidrat tinggi,
bahkan hampir menyamai jagung, meski pun miskin protein. Kandungan proteinnya
sekitar 2 %. Pada umbi singkong, sebagian besar sianida terdapat pada kulitnya.
Pengupasan kulit umbi, perendaman dan pengeringan dapat menurunkan kadar
sianida. Tepung singkong dapat digunakan dalam pakan itik hingga 30%. Pemberian
tepung singkong dalam jumlah banyak dapat menyebabkan itik terserang mencret.
3. Bekicot
Bekicot dapat digunakan sebagai sumber protein itik.
Bekicot segar mengandung protein kasar sekitar 15%. Kadar protein itu dapat
digunakan dengan membuat tepung bekicot. Caranya, bekicot dipisahkan dari
kulitnya, dikeringkan lalu digiling. Tepung bekicot yang dibuat dari bekicot
mentah mengandung 52% protein, sedangkan tepung yuang dibuat dari bekicot rebus
mengandung 32,7% protein. Penggunaan bekicot mentah dapat dicampurkan 15% dalam
ransum itik, sedangkan tepung bekicot dapat dicampurkan hingga 20%.
4. Keong Mas
Keong mas kaya protein dan kalsium. Pemberian dalam
bentuk segar dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap itik, yaitu
menyebabkan penurunan produksi karena di dalam lendir keong terdapat suatu zat
antinutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan itik. Untuk itu dianjurkan
menggunakan keong mas yang telah direbus. Kandungan zat antinutrisi yang ada
akan berkurang atau bahkan hilang setelah proses perebusan selama 15-20 menit.
Penggunaan keong dalam ransum itik dapat dicampurkan sebanyak 30%.
5. Cangkang Udang
Cangkang kepala dan
kulit udang merupakan limbah yang banyak ditemui di daerah pantai, terutama
daerah yang mempunyai pabrik kerupuk udang dan penampungan serta pengolahan
udang untuk ekspor. Cangkang udang basah mempunyai kandungan 60-65% kadar air
dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar, 11 % kalsium, 1,95%
fosfor. Pemberin cangkang dan kulit udang dalam ransum itik dapat dicampurkan
hingga 30%.
6. Ikan Rucah
Ikan rucah yang banyak terdapat dipelelangan ikan dapat
digunakan sebagai sumber protein. Pemberian ikan rucah akan melengkapi
kebutuhan protein jika diberikan bersama-sama dengan cangkang udang. Ikan rucah
dapat digunakan dalam ransum itik dengan campuran sebanyak 40%.
7. Nasi Kering
Nasi kering dijadikan
opakan tambahan untuk itik. Nasi kering dapat dijadikan sumber energi dengan penggunaan dalam campuran pakan
sebanyak 30%.
8. Pakan Hijauan
Pakan hijauan merupakan salah satu komponen pakan yang
memasok kebutuhan serat bagi itik.
Wujudnya berupa daun-daunan hijau segar yang diberikan langsung kepada itik
setelah dicacah. Pakan hijauan untuk itik antara lain kangkung, bayam, daun
eceng gondok, sawi, kubis, dan genjer serta daun pepaya. Selain membantu
melancarkan pencernaan itik, pakan hijauan juga memasok kebutuhan vitamin dan
mineral. Biasanya 100 ekor itik dewasa diberi pakan hijauan sebanyak 4 Kg
perhari. Penggunaan dalam ransum itik dapat dicampurkan sebanyak 5%.
9. Pod Kakao dan Rumput Gajah
Pod kakao dan rumput gajah umum digunakan sebagai
pakan ternak sapi, kandungan serat kasarnya tinggi, jika untuk ternak unggas
dibatasi penggunaan pod kakao hingga 10% dalam ransum, demikian pula tepung
rumput gajah dapat digunakan pada unggas sampai 10% setara dengan pod
kakao. Ditinjau dari
komposisi zat makanannya, pod kakao dapat disetarakan dengan rumput
gajah (Pennisetum purpureum).
Komposisi zat makanan pod kakao dan rumput gajah berdasarkan
bahan keringnya dapat dilihat pada Tabel 1 (Surisna, 2011).
Tabel 1. Komposisi zat makanan pod kakao dan rumput gajah (%
bahan kering)
Nutrien dan Energi
|
Pod Kakao
|
Rumput Gajah
|
Bahan kering (%)
Abu (%)
Potein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
BETN (%)
TDN (%)
ME (MJ/kg BK)
Ca (%)
P (%)
|
14,5
16,6
9,27
1,24
31,7
41,2
50,1
7,59
0,31
0,19
|
22,2
12,0
8,69
2,71
32,3
44,3
54,0
8,17
0,28
0,33
|
Sumber: Sutardi et al. (1996)
II.4. Kelebihan dan Kekurangan dari Pakan Lokal (dedak padi)
Dedak
padi berasal dari sisa penggelingan padi. Jumlahnya sekitar 10% dari total berat
path. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak mempunyai kandungan
karbohidrat atau sumber energi yang cukup tinggi. Penggunaan dedak padi hingga
75% dalam ransum itik petelur tidak mengganggu produksi telur, asalkan
kandungan nutrisi yang lainnya cukup (Sutrisna, 2011).
Permasalahan dari dedak padi dalam
pemakaiannya dalam ransum adalah kandungan serat kasarnya sangat tinggi,
kandungan kalsiumnya menurun sekitar 0,05%, kandungan posfor meningkat sekitar
15%, mudah tengik karena mengandung enzim lipase. Solusi untuk mengatasi
permasalahan dedak padi tersebut antara lain dengan menyimpannya dalam suhu
rendah. Penambahan enzim kompleks ( phitase, carbohidrase, protease ) akan
meningkatkan nilai cerna dilihat dari aspek pertumbuhan dan efisiensi ranum
(Prasetyo, 2011).
BAB
III
PENUTUP
III.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Nenek
moyang itik ini merupakan itik liar (Anas moscha) atau wild mallaard.
Selanjutnya itik liar ini dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang
dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus.
2.
Zat
gizi yang dibutuhkan oleh itik untuk dapat hidup, bertumbuh dan bertelur
adalah: air, protein, sumber energi (lemak dan karbohidrat), vitamin dan
mineral.
3. Beberapa
pakan alternatif yang dapat diberikan kepada itik antara lain : Bekatul, Singkong,
Bekicot, Keong Mas, Cangkang Udang, Ikan Rucah, Nasi Kering, Pakan Hijauan, Pod Kakao dan
Rumput Gajah.
4. Kelebihan
(dedak padi) yaitu pemanfaatan
dedak sebagai bahan pakan ternak mempunyai kandungan karbohidrat atau
sumber energi yang cukup tinggi. Penggunaan dedak padi hingga 75% dalam
ransum itik petelur tidak mengganggu produksi telur, asalkan kandungan
nutrisi yang lainnya cukup. Sedangkan permasalahan dari dedak padi dalam
pemakaiannya dalam ransum adalah kandungan serat kasarnya sangat tinggi,
kandungan kalsiumnya menurun, kandungan posfor meningkat , mudah tengik karena
mengandung enzim lipase.
III.2.
Saran
Sebaiknya apabila ingin memberi
pakan kepada ternak, harus diketahui dahulu kelebihan dan kekurangan yang
terkandung dalam bahan pakan alternatif. Sehingga tidak mengganggu produksi
telur yang di hasilkan oleh ternak itik.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, 2011. Ransum Itik Petelur. http://petrnakanakbar.blogspot.com/p/ransum- itik-petelur.html. Diakses pada tanggal 7
Maret 2015.
JB,
2013. Pemberian Pakan Ternak. http://juraganbebek2.blogspot.com /2013/03/
pemberian-pakan-ternak.html. Diakses pada
tanggal 7 Maret 2015.
Kiswantoro, 2013. Beternak Itik
Secara Intensif. http://blognyaandrikiswantoro.bl ogspot.com/2013/07/berternak-itik-secara-intensif_7143.html. Diakses
pada tanggal 7 Maret 2015.
Prasetyo, 2011. Dedak Padi.
http://karanhtengahraharjo.blogspot.com/2011/10/de dak-padi.html. Diakses pada tanggal 7 Maret 2015.
Sutrisna, 2011. Nutrisi Ternak Itik. staff.unila.ac.id/rudysutrisna/files/2011/11/Nut
risi-Ternak-Itik.doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar