Kamis, 26 November 2015



Makalah
Ransum Unggas/ Non Ruminansia

“Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur”
                                        Nama         : Hayu Fitriyani
                                        Nim             : I 111 13 092
                                        Kelas          : Genap B
                                Dosen     : Jamilah, S.Pt, M.Si.


Add caption







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan  rahmat dan karunia-Nya  sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah RANSUM UNGGAS/ NON RUMINANSIA “KEBUTUHAN NUTRISI ITIK PETELUR” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Melalui kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurnaan, karena terbatasnya kemampuan dan waktu yang tersedia. Maka dari itu, penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.








Makassar, 7 Maret 2015





Penulis  


DAFTAR ISI
Sampul                    ………………………………………………………..      i
Kata Pengantar      ………………………………………………………..      ii
Daftar Isi                 ………………………………………………………..      iii
BAB I PENDAHULUAN
      I.1. Latar Belakang……………………………………………………      1
      I.2. Rumusan Masalah………………………………………………..       1
      I.3. Tujuan Penulisan…………………………………………………       1
      I.4. Manfaat Penulisan………………………………………………..       2
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Sejarah itik ……………………………………………………...        3

II.2. Persyaratan Kecukupan Gizi Untuk Itik................................           3

II.3. Pakan Lokal Untuk Itik Petelur......................………………..         4

II.4. Kelebihan dan Kekurangan dari Pakan Lokal (dedak padi)...       7

BAB III PENUTUP
      III.1. Kesimpulan………………………………………………………     8
      III.2. Saran       …………………………………………………………    8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...    9








BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
            Itik merupakan salah satu spesies unggas air yang telah banyak dibudidayakan. Di Indonesia, ternak itik telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur sehingga populasinya tersebar hampir merata di seluruh wilayah tanah air. Selain itu, itik merupakan salah satu jenis unggas potensial setelah ayam.
            Di Indonesia, ternak itik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihan dari ternak ini adalah lebih tahan penyakit dibandingkan dengan ayam ras sehingga pemeliharaannya mudah dan tidak banyak mengandung resiko. Umumnya, itik masih dipelihara secara tradisional dengan penggembalaan secara berpindah-pindah dari sawah satu ke sawah yang lain. Dengan semakin sempitnya areal penggembalaan dan banyaknya kasus kematian ternak akibat keracunan pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.
            Penyediaan pakan untuk itik yang dipelihara secara intensif sering menjadi kendala dalam peralihan cara pemeliharaan dari tradisional ke intensif, karena itik yang dipelihara secara intensif  biasanya diberi pakan produksi pabrik atau pakan komersial yang menghabiskan 60-70% biaya produksi. Hal ini merupakan beban yang cukup berat apabila itik yang dipelihara hanya berproduksi rata-rata kurang dari 60%. Keadaan ini memacu peternak untuk menyusun ransum itik sendiri. Penggunaan pakan komersial hanya terbatas untuk itik periode awal (umur 0-28 hari), hal ini berkaitan dengan alasan yang sifatnya ekonomis, disamping karena bahan baku pakan itik tidak mudah diperoleh.

I.1. Rumusan Masalah
1.      Apa sejarah itik ?
2.      Apa persyaratan kecukupan gizi untuk itik?
3.      Apa saja pakan lokal yang diberikan untuk itik petelur?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan dari pakan lokal (dedak  padi)?

I.2. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis itik
2.      Untuk mengetahui persyaratan kecukupan gizi untuk itik
3.      Untuk mengetahui pakan lokal yang diberikan untuk itik petelur
4.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pakan lokal (dedak padi)


I.3. Manfaat Penulisan
1.      Sebagai materi pembelajaran pada mata kuliah Ransum Unggas/ Non Ruminansia
2.      Sebagai pelengkap tugas individu mata kuliah kuliah Ransum Unggas/ Non Ruminansia
3.      Sebagai bahan bacaan mengenai kebutuhan nutrisi itik petelur




































BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Sejarah itik
            Menurut sejarah Pustaka, nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara. Nenek moyang itik ini merupakan itik liar (Anas moscha) atau wild mallaard. Selanjutnya itik liar ini dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus (Kiswantoro, 2013).
Di banding dengan unggas lain, itik memiliki keunggulan sebagai berikut (Kiswantoro, 2013) :
a.         Mampu mempertahankan produksi telur lebih lama,
b.        Bila dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik masih mampu berproduksi dengan baik,
c.         Umumnya tingkat morbilitas dan mortalitas rendah,
d.        Itik selalu bertelur di pagi hari, dengan demikian kegiatan pengambilan telur dilakukan sekali sehari sebagai peternak dapat melakukan kegiatan lainnya,
e.         Dengan pakan yang berkualitas rendah itik masih mampu bertelur,
f.         Telurnya baik dijadikan untuk telur asin dan jamu.
            Tidak semua itik potensial sebagai penghasil telur. Itik-itik yang mampu bertelur cukup banyak dan secara ekonomis menguntungkan yang digolongkan sebagai itik petelur. Di antara itik-itik petelur ini ada beberapa yang merupakan petelur unggul yang sering kali dijuluki sebagai mesin telur. Beberapa jenis itik petelur yang dikenal di indonesia antara lain (Kiswantoro, 2013) :
a)      Khaki Campbell,
b)      CV 2000,
c)      Tegal, Alabio,
d)     Bali,
e)      Mojosari.

II.2. Persyaratan Kecukupan Gizi Untuk Itik
            Pada pemeliharaan itik intensif semua kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan atau bertelur harus diberikan oleh peternak sehingga biaya yang dibutuhkan untuk pembelian pakan cukup tinggi. Oleh karma itu pemberian pakan yang murah dan memenuhi  kebutuhan zat gizi sangat perlu untuk menunjang keberhasilan usaha peternakan itik. Zat gizi yang dibutuhkan oleh itik untuk dapat hidup, bertumbuh dan bertelur adalah: air, protein, sumber energi (lemak dan karbohidrat), vitamin dan mineral. Adapun uraiannya sebagai berikut (Akbar, 2011):
1. Air
Air merupakan zat gizi yang penting terutama untuk proses metabolisme (pemecahan atau pembentukan zat gizi dalam tubuh), pengangkutan zat gizi dan zat khusus didalam darah serta untuk pengeluaran panas tubuh. Penyediaan air secara terus menerus sangat diperlukan karma ternak itik tidak dapat minum air dalam jumlah banyak  pada suatu saat. Kekurangan air akan menyebabkan ternak kerdil bahkan mati. Berbeda dengan ayam, selain sebagai zat gizi (diminum), air juga dibutuhkan itik untuk membasahi kepalanya. Oleh karma itu ke dalaman air pada tempat minum harus dapat membasahi kepala itik.
2. Protein dan Energi
Protein adalah zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, menggantikan jaringan tubuh yang sudah tua dan untuk pembentukan antibodi yang berguna untuk melawan penyakit di dalam tubuh. Penentuan kebutuhan protein selalu dihubungkan dengan tingkat energi dalam pakan karma protein dapat dijadikan sebagai sumber energi dan dibutuhkan dalam pembentukan protein. Untuk itik periode bertelur, pemberian pakan dengan kadar protein tinggi (18%) dapat memproduksi telur lebih balk dibandingkan pakan dengan kadar protein lebih rendah (16%), sedangkan energi metabolisme untuk itik yang sedang bertelur adalah 2.700 Kkal/kg. Pemberian kadar protein yang lebih rendah menyebabkan telur yang dihasilkan lebih kecil, sedangkan bila kadar energi pakan yang lebih rendah akan menyebabkan penurunan produksi telur, tetapi tidak mempengaruhi berat telur.
3. Vitamin dan Mineral
Vitamin adalah zat gizi yang dibutuhkan sebagai pernbantu (katalis) dalam proses pembentukan atau pemecahan zat gizi lain di dalam tubuh, jadi hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Mineral dibutuhkan untuk membentuk kerangka (tulang) tubuh, membantu pencernaan dan metabolisme dalam sel serta untuk pembentukan kerabang (kulit) telur. Zat kapur atau (Calcium = Ca) dan fosfor (P) adalah zat mineral yang paling banyak dibutuhkan. Kedua zat ini mempunyai hubungan yang saling terkait. Untuk itik yang sedang bertelur dibutuhkan zat kapur dan fosfor yang cukup tinggi dalam pakannya berkisar 3,0% Ca dan 0,60% P. Penurunan zat kapur hingga 1,25% dalam pakan menyebabkan penurunan produksi telur dan kerabang telur yang lebih tipis. Kekurangan zat fosfor akan menurunkan nafsu makan dan menyebabkan pertumbuhan yang terlambat, serta penurunan produksi dan berat telur. Penambahan garam dapur 0,2% hingga 0,5% sudah dapat menunjang pertumbuhan dan produksi telur yang balk. Kebutuhan akan mineral lain (Mg, K, Zn, Fe, I, Mn, Mo, Se, Co, Cl) dan vitamin adalah dalam jumlah yang sangat sedikit (Sutrisna, 2011).

II.3. Pakan Lokal Untuk Itik Petelur
            Banyak bahan pakan alternatif (bahan pakan pilihan) yang bisa digunakan, namun dalam mencari bahan yang akan dipakai hendaknya berpegang pada kadar protein dan energy yang diperlukan itik.  Bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, jagung, menu, tepung singkong, polar, nasi kering, roti afkir dan mie afkir, namun dalam pemberiannya sebaiknya tidak dalam bentuk keying, tetapi agak basah atau jika terlalu keras perlu direndam sebelum diberikan pada itik. Sebagai contoh perendaman diperlukan jika itik diberi nasi kering, sehingga nasi tersebut menjadi agak lunak/lembek dan dapat ditelan dengan mudah oleh itik.  Bahan pakan sumber protein yang sangat disukai oleh itik dalam bentuk segar adalah ikan rucah, cangkang udang dan keong, namun pemberiannya haruslah dalam ukuran yang cukup kecil untuk memudahkan itik menelannya. Selain itu berbagai jenis bahan pakan sumber protein yang berbentuk tepung yang dapat diberikan kepada itik antara lain bungkil kelapa, tepung ikan, bekicot dan sebagainya (Sutrisna, 2011).
Beberapa pakan alternatif yang dapat diberikan kepada itik antara lain (JB, 2013) :
1. Bekatul
            Bekatul merupakan dedak hasil dari proses penggilingan padi. Bobotnya sekitar 10% dari total berat padi. Dedak kaya karbohidrat sebagai sumber energi. Penggunaan bekatul hingga 75% dalam ransum itik petelur tidak mengganggu produksi telur asalkan kandungan nutrisi yang lain mencukupi.
2. Singkong
            Singkong mudah ditemukan dan harganya murah. Bagian singkong yang dapat digunakan sebagai pakan itik adalah umbi yang yang dibuat tepung. tepung singkong atau gaplek mempunyai kandungan karbohidrat tinggi, bahkan hampir menyamai jagung, meski pun miskin protein. Kandungan proteinnya sekitar 2 %. Pada umbi singkong, sebagian besar sianida terdapat pada kulitnya. Pengupasan kulit umbi, perendaman dan pengeringan dapat menurunkan kadar sianida. Tepung singkong dapat digunakan dalam pakan itik hingga 30%. Pemberian tepung singkong dalam jumlah banyak dapat menyebabkan itik terserang mencret.
3. Bekicot
            Bekicot dapat digunakan sebagai sumber protein itik. Bekicot segar mengandung protein kasar sekitar 15%. Kadar protein itu dapat digunakan dengan membuat tepung bekicot. Caranya, bekicot dipisahkan dari kulitnya, dikeringkan lalu digiling. Tepung bekicot yang dibuat dari bekicot mentah mengandung 52% protein, sedangkan tepung yuang dibuat dari bekicot rebus mengandung 32,7% protein. Penggunaan bekicot mentah dapat dicampurkan 15% dalam ransum itik, sedangkan tepung bekicot dapat dicampurkan hingga 20%.
4. Keong Mas
            Keong mas kaya protein dan kalsium. Pemberian dalam bentuk segar dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap itik, yaitu menyebabkan penurunan produksi karena di dalam lendir keong terdapat suatu zat antinutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan itik. Untuk itu dianjurkan menggunakan keong mas yang telah direbus. Kandungan zat antinutrisi yang ada akan berkurang atau bahkan hilang setelah proses perebusan selama 15-20 menit. Penggunaan keong dalam ransum itik dapat dicampurkan sebanyak 30%.
5. Cangkang Udang
Cangkang kepala dan kulit udang merupakan limbah yang banyak ditemui di daerah pantai, terutama daerah yang mempunyai pabrik kerupuk udang dan penampungan serta pengolahan udang untuk ekspor. Cangkang udang basah mempunyai kandungan 60-65% kadar air dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar, 11 % kalsium, 1,95% fosfor. Pemberin cangkang dan kulit udang dalam ransum itik dapat dicampurkan hingga 30%.
6. Ikan Rucah
            Ikan rucah yang banyak terdapat dipelelangan ikan dapat digunakan sebagai sumber protein. Pemberian ikan rucah akan melengkapi kebutuhan protein jika diberikan bersama-sama dengan cangkang udang. Ikan rucah dapat digunakan dalam ransum itik dengan campuran sebanyak 40%.
7. Nasi Kering
Nasi kering dijadikan opakan tambahan untuk itik. Nasi kering dapat dijadikan sumber  energi dengan penggunaan dalam campuran pakan sebanyak 30%.
8. Pakan Hijauan
            Pakan hijauan merupakan salah satu komponen pakan yang memasok  kebutuhan serat bagi itik. Wujudnya berupa daun-daunan hijau segar yang diberikan langsung kepada itik setelah dicacah. Pakan hijauan untuk itik antara lain kangkung, bayam, daun eceng gondok, sawi, kubis, dan genjer serta daun pepaya. Selain membantu melancarkan pencernaan itik, pakan hijauan juga memasok kebutuhan vitamin dan mineral. Biasanya 100 ekor itik dewasa diberi pakan hijauan sebanyak 4 Kg perhari. Penggunaan dalam ransum itik dapat dicampurkan sebanyak 5%.
9.  Pod Kakao dan Rumput Gajah
Pod kakao dan rumput gajah umum digunakan sebagai pakan ternak sapi, kandungan serat kasarnya tinggi, jika untuk ternak unggas dibatasi penggunaan pod kakao hingga 10% dalam ransum, demikian pula tepung rumput gajah dapat digunakan pada unggas sampai 10% setara dengan pod kakao.  Ditinjau dari komposisi zat makanannya, pod kakao dapat disetarakan dengan rumput gajah (Pennisetum purpureum).  Komposisi zat makanan pod kakao dan rumput gajah berdasarkan bahan keringnya dapat dilihat pada Tabel 1 (Surisna, 2011).
Tabel 1. Komposisi zat makanan pod kakao dan rumput gajah (% bahan kering)
Nutrien dan Energi
Pod Kakao
Rumput Gajah
Bahan kering (%)
Abu (%)
Potein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
BETN (%)
TDN (%)
ME (MJ/kg BK)
Ca (%)
P (%)
14,5
16,6
9,27
1,24
31,7
41,2
50,1
7,59
0,31
0,19
22,2
12,0
8,69
2,71
32,3
44,3
54,0
8,17
0,28
0,33
Sumber: Sutardi et al. (1996)
II.4. Kelebihan dan Kekurangan dari Pakan Lokal (dedak padi)
            Dedak padi berasal dari sisa penggelingan padi. Jumlahnya sekitar 10% dari total berat path. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak mempunyai kandungan karbohidrat atau sumber energi yang cukup tinggi. Penggunaan dedak padi hingga 75% dalam ransum itik petelur tidak mengganggu produksi telur, asalkan kandungan nutrisi yang lainnya cukup (Sutrisna, 2011).
            Permasalahan dari dedak padi dalam pemakaiannya dalam ransum adalah kandungan serat kasarnya sangat tinggi, kandungan kalsiumnya menurun sekitar 0,05%, kandungan posfor meningkat sekitar 15%, mudah tengik karena mengandung enzim lipase. Solusi untuk mengatasi permasalahan dedak padi tersebut antara lain dengan menyimpannya dalam suhu rendah. Penambahan enzim kompleks ( phitase, carbohidrase, protease ) akan meningkatkan nilai cerna dilihat dari aspek pertumbuhan dan efisiensi ranum (Prasetyo, 2011).






















BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.   Nenek moyang itik ini merupakan itik liar (Anas moscha) atau wild mallaard. Selanjutnya itik liar ini dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus.
2.   Zat gizi yang dibutuhkan oleh itik untuk dapat hidup, bertumbuh dan bertelur adalah: air, protein, sumber energi (lemak dan karbohidrat), vitamin dan mineral.
3.      Beberapa pakan alternatif yang dapat diberikan kepada itik antara lain : Bekatul, Singkong, Bekicot, Keong Mas, Cangkang Udang, Ikan Rucah, Nasi Kering, Pakan Hijauan, Pod Kakao dan Rumput Gajah.
4.      Kelebihan (dedak padi) yaitu pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak mempunyai kandungan karbohidrat atau sumber energi yang cukup tinggi. Penggunaan dedak padi hingga 75% dalam ransum itik petelur tidak mengganggu produksi telur, asalkan kandungan nutrisi yang lainnya cukup. Sedangkan permasalahan dari dedak padi dalam pemakaiannya dalam ransum adalah kandungan serat kasarnya sangat tinggi, kandungan kalsiumnya menurun, kandungan posfor meningkat , mudah tengik karena mengandung enzim lipase.

III.2. Saran
            Sebaiknya apabila ingin memberi pakan kepada ternak, harus diketahui dahulu kelebihan dan kekurangan yang terkandung dalam bahan pakan alternatif. Sehingga tidak mengganggu produksi telur yang di hasilkan oleh ternak itik.















DAFTAR PUSTAKA

Akbar, 2011. Ransum Itik Petelur. http://petrnakanakbar.blogspot.com/p/ransum-   itik-petelur.html. Diakses pada tanggal 7 Maret 2015.

JB, 2013. Pemberian Pakan Ternak. http://juraganbebek2.blogspot.com /2013/03/ pemberian-pakan-ternak.html. Diakses pada tanggal 7 Maret 2015.

Kiswantoro, 2013. Beternak Itik Secara Intensif. http://blognyaandrikiswantoro.bl ogspot.com/2013/07/berternak-itik-secara-intensif_7143.html. Diakses          pada tanggal 7 Maret 2015.

Prasetyo, 2011. Dedak Padi. http://karanhtengahraharjo.blogspot.com/2011/10/de dak-padi.html. Diakses pada tanggal 7 Maret 2015.

Sutrisna, 2011. Nutrisi Ternak Itik. staff.unila.ac.id/rudysutrisna/files/2011/11/Nut             risi-Ternak-Itik.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar