TUGAS INDIVIDU
ILMU REPRODUKSI TERNAK
HORMON-HORMON REPRODUKSI
NAMA
: HAYU FITRIYANI
NIM
: I 111 13 092
KELAS : GENAP (B)
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
1. Kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan hormon reproduksi
Ada empat kelenjar endokrin yang
terdapat di dalam tubuh yang dapat menghasilkan hormon reproduksi, yakni,
Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium, Endometrium, dan Testis (Rija, 2013).
2. Jenis-jenis
hormon yang dihasilkan oleh masing-masing kelenjar
Berikut hormon-hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar, antara lain adalah (Rija, 2013) :
Tabel 1. Kelenjar yang menghasilkan hormon reproduksi
No
|
Nama Kelenjar
|
Hormon yang
dihasilkan
|
1
|
Hipofisa
|
· Follicle Stimulating Hormone (FSH)
· Luteinizing Hormone (LH)
· Luteotropic Hormone (LTH)
|
2
|
Ovarium
|
· Estrogen
· Progesteron
|
3
|
Endometrium
|
· Human Chorionic
Gonadotropin (HCG)
|
4
|
Testis
|
· Testosteron
|
Tabel 2. Hormon-hormon reproduksi sekunder (Yulianti,
2013).
Kelenjar
|
Hormon
|
Beberapa fungsi
|
Adenohipofisis
|
Somatotropic
Hormone(STH)
|
Pertumbuhan,
sintesa protein
|
Thyroid
Stimulating Hormone (TSH)
|
Stimulasi
kelenjar tyroid, pelepasan tiroksin, dan pengikatan iodium oleh thyroid
|
|
Adrenocorticotrophic
Hormone (ACTH)
|
Stimulasi
korteks adrenal, pelepasan kortikoid adrenal
|
|
Neurohipofisis
|
Vasopressin
(Antidiuretic
Hormone, ADH)
|
Pertumbuhan
tubuh, perkembangan dan pematangan, oksidasi zat makanan
|
Tri-iodothyronin
|
Sama
dengan atas
|
|
Thyrocalcitonin
|
Metabolisme
kalsium
|
|
Pankreas
|
Aldosteron
|
Metabolisme
air dan elektrolit
|
Corticoid
|
Metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein
|
|
Parathyroid
|
Insulin
|
Metabolisme
karbohidrat,
lemak dan
protein
|
Parathormon
|
Metabolisme
Ca dan P
|
3. Fungsi dari hormon reproduksi
Fungsi dari hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar Hipofisa :
· Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Folikel stimulating hormone (FSH)
adalah hormon yang disintesis dan disekresikan oleh gonadotrop dalam glandula
hipofisa anterior. Didalam ovarium, FSH menstimulasi perkembangan folikel de
graaf immatur menjadi matur. Ketika folikel bertumbuh, folikel melepaskan
inhibin, yang berfungsi menekan produksi FSH. Pada hewan jantan, FSH berfungsi meningkatkan
protein androgen – binding oleh sel sertoli testes dan perlu untuk
spermatogenesis (Anonim, 2010).
FSH adalah suatu glikoprotein yang
terdiri dari rantai alpha dan rantai beta. Rantai alpha yang sama ditemukan
pada LH dan rantai beta yang terdiri 115 asam amino. masing – masing
glikoprotein terdiri dari unit monomer adalah suatu molekul protein dan gula
yang melekat padanya. Pada hewan jantan
dan betina, FSH menstimulasi pematangan sel germinal. Pada hewan betina, FSH
mengisiasi pertumbuhan folikel, dan berperan juga dalam proses ovulasi (Anonim,
2010).
· Luteinizing Hormone (LH)
Leteinizing hormone (LH) adala
hormon yang disintesis dan disekresikan oleh gonadotrop dalam glandula hipofisa
anterior. Hormon ini merupakan salah satu hormon untuk fungsi seksual. Fungsi
dari LH adalah Pada hewan betina, LH surge sekitar pada saat estrus akan memicu
awal rupturnya folikel de Graaf dan ovulasi. Hormon LH juga menginduksi sisa
sel granulosa dan sel theca interna untuk menjadi korpus luteum. LH – surge ini
juga menyebabkan oosit primer komplit mengalami miosis I dan memasuki miosis II
melalui aksi maturation – promoting factor (MPF). Hal ini akan memicu aksi
kolagenase yang menghancurkan jaringan kolagen sekitar folikel. Selanjutnya,
terjadi peningkatan level prostaglandin yang menginduksi kontraksi otot lokal
didalam diding ovarium. Sel – sel theca interna pada hewan betina respon
terhadap LH melalui produksi androgen dan estrogen (Anonim, 2010).
Pada hewan jantan LH juga dikenal
sebagai iterstitial cell stimulating hormone (ICSH). LH menstimulasi produksi
seks steroid dari gonad. Respon LH terhadap Sel – sel leydig pada testes hewan
jantan akan mensekresikan hormon testosteron (Anonim, 2010).
Hormon
LH (Luteinezing Hormone) berfungsi (Sumiyati, 2011) :
· Mengawali pertumbuhan tenunan luteal (corpus luteum).
· Merangsang pertumbuhan corpus luteum.
· Penting untuk proses ovulasi.
· Merangsang tumbuhnya sel interstial pada ovarium.
· Merangsang sel granulose dan sel theca pada folikel yang masak
untuk memproduksi
estrogen.
· Semakin tinggi kadar LH maka semakin tinggi estrogen, sehingga menyebabkan ovulasi.
· Pada unggas LH berfungsi untuk merobek membrane vitelina folikel (yolk) pada bagian stigma agar terjadi
ovulasi. Pada unggas jantan berperan
bagi perkembangan testis.
· Luteotropic Hormone (LTH)
Hormon LTH (Luteo Tropic Hormone)
/Prolactin. Berfungsi :
Bersama-sama
dengan hormon LH merangsang sel theca dalam corpus hemorragicum untuk membentuk
corpus luteum dan pembentukan progesterone oleh corpus luteum. Selain itu mempertahankan
fungsi corpus luteum. Pada unggas betina menyebabkan sifat mengeram, dan
menimbulkan sekresi susu tembolok pada merpati (Sumiyati, 2011).
Fungsi dari hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar Ovarium (Rija, 2013):
·
Hormon
Estrogen
Hormon estrogen dibentuk
dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini
memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk
mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen
tubulus seminiferus untuk pematangan sperma.
·
Hormon
Progesteron
Fungsi hormon progesteron adalah: Penting untuk mempertahankan
kebuntingan. Menyebabkan pertumbuhan alveoli kelenjar susu. Pengental lendir
birahi untuk sumbat cervix. Dan menekan terjadinya kontraksi uterus dan menekan
uterus terhadap pengaruh estrogen dan oxytocin (Sumiyati, 2011).
Fungsi dari hormon yang dihasilkan oleh kelenjar Endometrium
yaitu human chorionic gonadotrophin (HCG) berfungsi untuk merangsang ovulasi
(Saimina, 2013).
Hormon yang dihasilkan oleh Testis yaitu Testosteron. fungsi-fungsi
dari testosteron yakni (Sumiyati, 2011) :
· Merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli
seminiferi.
· Merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori (kelenjar
prostate, vesikularis, dan bulbourethralis.
· Merangsang pertumbuhan sifat jantan.
· Untuk keratinisasi epithel praeputium, pemisahan gland penis dari
praeputium, dan pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas.
· Keinginan kelamin untuk libido dan kesanggupan untuk ereksi dan
ejakulasi
Hormon-hormon reproduksi sekunder
adalah zat-zat endokrin dengan aktivitas metabolik yang mempertahankan fungsi
fisiologik tubuh dan memungkinkan berlangsungnya proses-proses reproduksi
(Septiansyah, et. al., 2014).
·
Tiroksin
Kelancaran sekresi
kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat untuk kelangsungan reproduksi
secara normal. Hormon tiroid memengaruhi reproduksi dn fertilitas dengan
mempertahankan hubungan gonadohipofiseal.
Corticoid
adrenal. Keterlibatan korteks adrenal dalam proses-proses reproduksi dinyatakan
oleh : (a) kesanggupan kelenjar tersebut menghasilkan steroid-steroid kelamin,
dan (b) kegunaan dasar kortikoid adrenal untuk mempertahankan hidup hewan dan
fungsi reproduksi
·
Pankreas.
Pada umumnya,
pancreatectomi (penghilangan kelenjar pankreas) akan menyebabkan disfungsi
aktivitas reproduksi, yaitu perpanjangan waktu atau pemberhentian siklus estrus
dan kelambatan masa pubertas.
·
Paratiroid
Peninggian
aktivitas paratiroid terjadi selama kebuntingan. Pada sapi, parathreoidectomi selama kebuntingan tidak mempengaruhi
kebuntingan walaupun produksi susu menurun, tetapi pada kambing parathreoidectomi
menimbulkan gejala-gejala tetanik dan kegagalan laktasi.
·
Thyrocalcitonin
Hormon ini
diekskresikan oleh kelenjar tiroid dan berfungsi menurunkan kadar kalsium dalam
darah dan meninggikan retesi kalsium pada tulang.
4. Mekanisme kerja hormon-hormon reproduksi dalam pengaturan
Pubertas, Estrus, Ovulasi, Kebuntingan, sampai Menyusui
Secara umum hormon reproduksi dihasilkan oleh tiga bagian utama
yakni Hipotalamus, Hipofisa, dan Gonadotropin. Ketiga bagian inilah yang
memegang peranan penting dalam mensintesis ataupun mensekresikan hormon
reproduksi.
Hipotalamus menghasilkan hormon Gn-RH (Gonadotropin Releasing
Hormone), dimana Gn-RH berfungsi untuk merangsang atau menstimulasi hipofisa
anterior untuk mensintesis hormon gonadotropin yakni FSH dan LH, ICSH pada
jantan (Andika, 2013).
Setelah hipotalamus menstimulasi hipofisa anterior, maka hipofisa
anterior akan mensintesis dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin yakni FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada betina dan
ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) pada jantan (Andika, 2013).
Hormon gonadotropin (FSH, LH, dan ICSH) berperan dalam merangsang
perkembangan pada organ reproduksi jantan maupun organ reproduksi betina. FSH
akan menstimulasi pertumbuhan folikel di
dalam ovarium dalam menghasilkan hormon estrogen tepatnya pada folikel yang
terdapat di dalamnya, sedangkan LH akan menstimulasi ovarium dalam menghasilkan
hormon progesteron tepatnya pada corpus luteum (Andika, 2013).
Pada jantan, FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan
mengatur perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di dalam
tubulus seminiferus. Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam mensintesis
hormon testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel leydig atau sel
interstitial (Andika, 2013).
Mekanisme kerja hormon reproduksi pada hewan betina yakni telah
diketahui bahwa hipotalamus merupakan kelenjar sumber hormon reproduksi. Dimana
hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan hormon Gn-RH yang kemudian Gn-RH akan
menstimulasi hipofisa anterior dalam mengatur pelepasan hormon FSH dan hormon
LH. Hormon FSH akan menstimulasi pertumbuhan folikel dalam ovarium dan
menghasilkan hormon estrogen, sedangkan hormon LH akan menstimulasi corpus
luteum dalam ovarium untuk menghasilkan hormon progesteron. Apabila terlampau
banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar estrogen yang
dihasilkan oleh folikel akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin
untuk menghambat folikel dalam menghasilkan hormon estrogen melalui feedback
negatif terhadap HA (hipofisa anterior) (Andika, 2013).
Mekanisme kerja hormon reproduksi pada hewan jantan tidak jauh beda
dengan penjelasan pada betina, hal yang membedakan adalah pada hewan jantan
yang berperan sebagai alat reproduksi primer adalah testis. Di dalam testis
terdiri dari tubulus seminiferus dan sel leydig. Tubulus seminiferus akan
menghasilkan dan mengatur perkembangan sperma dalam proses spermatogenesis,
sedangkan sel leydig berperan dalam mensintesis hormon testosteron (Andika,
2013).
Proses spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus
distimulasi oleh FSH sedangkan pelepasan hormon testosteron oleh sel leydig
distimulasi oleh ICSH. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA
(hipofisa anterior) maka kadar spermatozoa yang dihasilkan oleh tubulus
seminiferus akan semakin meningkat, di sinilah peranan enzim inhibin dalam
menghambat tubulus seminiferus dalam menghasilkan spermatozoa melalui feedback
negatif terhadap HA (hipofisa anterior) (Andika,
2013).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa sistem kerja dari hormon –
hormon reproduksi tersebut dikendalikan sepenuhnya oleh hipotalamus otak. Karena
jika hipotalamus tidak diberikan rangsangan atau tidak mendapatkan rangsanagan
dengan baik maka semua proses tersebut di atas tidak akan berlangsung dengan
baik dan normal (Andika, 2013).
Pada sapi betina proses berahi terjadi disebabkan karena adanya
aksi dan reaksi dari hormon reproduksi, yaitu hormone FSH. Ketika kelenjar
hipofisa anterior sudah mendapatkan perintah dari hipotalamus otak, maka secara
otomatis hipofisa anterior akan mensintesis dan melepaskan hormon–hormon gonadotropin
seperti FSH dan LH. Pada saat konsentrasi FSH yang disintesis lebih banyak
dibandingkan dengan konsentrasi hormon LH, maka perkembangaan dari folikel di
dalam ovarium segera dimulai. FSH (folikel stimulating hormone) di sini memang
berfungsi sebagai hormon yang menstimukasi pertumbuhan dan perkembangan
folikel, mulai dari folikel primer – folikel sekunder – foliker tersier sampai folikel tersebut matang (folikel de
graaf). Setelah proses pertumbuhan dan perkembangan folikel mencapai puncaknya atau
sudah terbentuk folikel de graaf, maka hormon estrogen akan segera dihasilkan.
Hormon estrogen dihasilkan oleh folikel de graaf sendiri untuk melanjutkan
siklus reproduksi selanjutnya (Andika, 2013).
Kertika hormon estrogen sudah disentesi, maka ternak akan mulai
menunjukan gejala–gejala estrusnya atau berahinya yang dapat dilihat secara
langsung pada ternak. Estrogen yang dihasilkan oleh folikel de graaf akan
memberikan umpan balik (feed back) negatif kepada hipofisa anterior untuk
mengurangi konsentrasi FSH. Karena konsentrasi FSH sudah diturunkan, otomatis
konsentrasi LH akan lebih banyak dari konsentrasi FHS. Hormon LH di sini akan berperan
dalam proses ovulasi (pelepasan sel telur yang sudah matang oleh ovarium).
Siklus ini akan terus berlanjut, sampai terjadi kehamilan (jika terjadi
pembuahan oleh sperma). Jika tidak terjadi pembuahan oleh sperma maka hormon
PGF2α akan meluruhkan corpus luteum dan endometrium di dalam uterus. Hasil
peluruhan tersebut kemudian akan diserap langsung oleh tubuh ternak betina.
Hormon PGF2α kemudian akan kembali memberikan umpan balik kepada hipolamus
untuk mengulangi siklus berahi. Sehingga siklus berahi dapat terulang secara
teratur setiap 21 hari sekali. Pada ternak siklus berahinya dibagi dalam
beberapa tahap yaitu (Andika, 2013) :
§ Proestrus : Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan
berhentinya progesteron serta memperluas untuk memulai estrus.
§ Estrus : Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah
betina siap menerima jantan. Pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada
hewan yang memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu untuk terjadinya
ovulasi).
§ Metestrus : Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus.
Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi
terjadi selama fase ini.
§ Diestrus : Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja
secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron
darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase
ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan.
Ovari (dan plasenta selama
kebuntingan) menghasilkan tiga hormon penting di bawah pengaruh gonadtrophin
pituitari. Folikel Graaf yang sedang berkembang dan kelak plasenta yang
terbentuk akan menghasilkan estrogen. Ini adalah hormon steroid yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan, pemeliharaan, dan penyebab terjadinya
berbagai perubahan selama siklus estrus pada saluran kelamin betina. Estrogen
juga terkait dengan perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder, tingkah laku
kelamin dan perkembangan serta pemfungsian organ-organ tambahan (aksesori).
Hormon ini juga mengontrol perkembangan kelenjar dan saluran pada kelenjar
ambing dan uterus. Pada saat folikel tadi berubah menjadi organ endokrin yang
dikenal dengan korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron. Plasenta
juga menghasilkan progesteron pada saat kebuntingan. Progesteron bersama-sama
estrogen akan membantu perkembangan uterus untuk penyiapan implantasi zigot dan
menjaga kebuntingan. Progesteron bertanggung jawab terhadap perkembangan
jaringan kelenjar pada ambing dan uterus. Hormon ovarium ketiga dan hormon yang
dihasilkan plasenta, relaksin akan memainkan fungsinya pada saat kelahiran
(parturisi). Hormon ini menyebabkan disolusi simfisis pubis (pertautan tulang
kemaluan) dan pelonggaran ligamen-ligamen pelvis untuk membantu kelancaran
parturisi (Arman, 2014).
DAFTAR
PUSTAKA
Andika,
B., 2013. Gejala Berahi Sebagai Bentuk Visualisasi Aksi – Reaksi Hormon Reproduksi Ternak Sapi.
http://bensonandika.blogspot.co.id/ 2013/05/gejala-berahi-sebagai-bentuk.html.
Diakses pada tanggal 12 September
2015.
Anonim,
2010. Hormon-Hormon Reproduksi.
http://loveduniahewan. blogspot.co.id/2010/12/hormon-hormon-reproduksi.html.
Diakses pada tanggal 12
September 2015.
Arman,
C., 2014. Reproduksi Ternak. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Rija,
F., 2013. Makalah Hormon Reproduksi. http://firmanbiotik.blogspot. co.id/2013/09/makalah-hormon-reproduksi.html.
Diakses pada tanggal 12 September 2015.
Saimina,
N. T., 2013. Makalah Teknologi Reproduksi Teknik Superovulasi. http://naniksaimina.blogspot.co.id/2013/06/makalah-superovulasi.html. Diakses pada tanggal 12 September
2015.
Septiansyah,
R., Sukmawati, N., Mardianti, D. P., Ramdhani, R., 2014. Makalah Reproduksi Ternak Hormon Reproduksi. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran
Sumedang.
Sumiyati,
M., 2011. Hormon. http://aqinimee.blogspot.co.id/2011/04/hormon.html. Diakses pada tanggal 12 September
2015.
Yulianty,
N., 2013. Hormon-Hormon Reproduksi. http://niayulianty.blogspot.co.id/2013/04/hormon-hormon-reproduksi.html.
Diakses pada tanggal 12 September
2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar