Senin, 13 Maret 2017

Hormon-Hormon Reproduksi-Tugas Ilmu Reproduksi Ternak



TUGAS INDIVIDU
ILMU REPRODUKSI TERNAK

HORMON-HORMON REPRODUKSI


                                             NAMA : HAYU FITRIYANI
                                             NIM      : I 111 13 092
                                             KELAS : GENAP (B)













FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015




1.  Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon reproduksi
            Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat menghasilkan hormon reproduksi, yakni, Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium, Endometrium, dan Testis (Rija, 2013).

2. Jenis-jenis hormon yang dihasilkan oleh masing-masing kelenjar
            Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar, antara lain adalah (Rija, 2013) :
Tabel 1. Kelenjar yang menghasilkan hormon reproduksi
No
Nama Kelenjar
Hormon yang dihasilkan
1
Hipofisa
·      Follicle Stimulating Hormone (FSH)
·      Luteinizing Hormone (LH)
·      Luteotropic Hormone (LTH)
2
Ovarium
·      Estrogen
·      Progesteron
3
Endometrium
·      Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
4
Testis
·      Testosteron

Tabel 2. Hormon-hormon reproduksi sekunder (Yulianti, 2013).
Kelenjar
Hormon
Beberapa fungsi
Adenohipofisis
Somatotropic Hormone(STH)
Pertumbuhan, sintesa protein
Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Stimulasi kelenjar tyroid, pelepasan tiroksin, dan pengikatan iodium oleh thyroid
Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH)
Stimulasi korteks adrenal, pelepasan kortikoid adrenal
Neurohipofisis
Vasopressin (Antidiuretic

Hormone, ADH)
Pertumbuhan tubuh, perkembangan dan pematangan, oksidasi zat makanan
Tri-iodothyronin
Sama dengan atas
Thyrocalcitonin
Metabolisme kalsium
Pankreas
Aldosteron
Metabolisme air dan elektrolit
Corticoid
Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Parathyroid
Insulin
Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein
Parathormon
Metabolisme Ca dan P


3. Fungsi dari hormon reproduksi
            Fungsi dari hormon yang dihasilkan oleh kelenjar Hipofisa :
·      Follicle Stimulating Hormone (FSH)
            Folikel stimulating hormone (FSH) adalah hormon yang disintesis dan disekresikan oleh gonadotrop dalam glandula hipofisa anterior. Didalam ovarium, FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf immatur menjadi matur. Ketika folikel bertumbuh, folikel melepaskan inhibin, yang berfungsi menekan produksi FSH. Pada hewan jantan, FSH berfungsi meningkatkan protein androgen – binding oleh sel sertoli testes dan perlu untuk spermatogenesis (Anonim, 2010).
            FSH adalah suatu glikoprotein yang terdiri dari rantai alpha dan rantai beta. Rantai alpha yang sama ditemukan pada LH dan rantai beta yang terdiri 115 asam amino. masing – masing glikoprotein terdiri dari unit monomer adalah suatu molekul protein dan gula yang melekat padanya.  Pada hewan jantan dan betina, FSH menstimulasi pematangan sel germinal. Pada hewan betina, FSH mengisiasi pertumbuhan folikel, dan berperan juga dalam proses ovulasi (Anonim, 2010).
·      Luteinizing Hormone (LH)
            Leteinizing hormone (LH) adala hormon yang disintesis dan disekresikan oleh gonadotrop dalam glandula hipofisa anterior. Hormon ini merupakan salah satu hormon untuk fungsi seksual. Fungsi dari LH adalah Pada hewan betina, LH surge sekitar pada saat estrus akan memicu awal rupturnya folikel de Graaf dan ovulasi. Hormon LH juga menginduksi sisa sel granulosa dan sel theca interna untuk menjadi korpus luteum. LH – surge ini juga menyebabkan oosit primer komplit mengalami miosis I dan memasuki miosis II melalui aksi maturation – promoting factor (MPF). Hal ini akan memicu aksi kolagenase yang menghancurkan jaringan kolagen sekitar folikel. Selanjutnya, terjadi peningkatan level prostaglandin yang menginduksi kontraksi otot lokal didalam diding ovarium. Sel – sel theca interna pada hewan betina respon terhadap LH melalui produksi androgen dan estrogen (Anonim, 2010).
            Pada hewan jantan LH juga dikenal sebagai iterstitial cell stimulating hormone (ICSH). LH menstimulasi produksi seks steroid dari gonad. Respon LH terhadap Sel – sel leydig pada testes hewan jantan akan mensekresikan hormon testosteron (Anonim, 2010).
Hormon LH (Luteinezing Hormone) berfungsi (Sumiyati, 2011) :
·  Mengawali pertumbuhan tenunan luteal (corpus luteum).
·  Merangsang pertumbuhan corpus luteum.
·  Penting untuk proses ovulasi.
·  Merangsang tumbuhnya sel interstial pada ovarium.
·  Merangsang sel granulose dan sel theca pada folikel yang masak untuk       memproduksi estrogen.
·  Semakin tinggi kadar LH maka semakin tinggi estrogen, sehingga   menyebabkan ovulasi.
·  Pada unggas LH berfungsi untuk merobek membrane vitelina folikel           (yolk) pada bagian stigma agar terjadi ovulasi. Pada unggas jantan            berperan bagi perkembangan testis.
·      Luteotropic Hormone (LTH)
            Hormon LTH (Luteo Tropic Hormone) /Prolactin. Berfungsi :
Bersama-sama dengan hormon LH merangsang sel theca dalam corpus hemorragicum untuk membentuk corpus luteum dan pembentukan progesterone oleh corpus luteum. Selain itu mempertahankan fungsi corpus luteum. Pada unggas betina menyebabkan sifat mengeram, dan menimbulkan sekresi susu tembolok pada merpati (Sumiyati, 2011).
            Fungsi dari hormon yang dihasilkan oleh kelenjar Ovarium (Rija, 2013):
·           Hormon Estrogen
     Hormon estrogen dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen tubulus seminiferus untuk pematangan sperma.
·           Hormon Progesteron
Fungsi hormon progesteron adalah: Penting untuk mempertahankan kebuntingan. Menyebabkan pertumbuhan alveoli kelenjar susu. Pengental lendir birahi untuk sumbat cervix. Dan menekan terjadinya kontraksi uterus dan menekan uterus terhadap pengaruh estrogen dan oxytocin (Sumiyati, 2011).
Fungsi dari hormon yang dihasilkan oleh kelenjar Endometrium yaitu human chorionic gonadotrophin (HCG) berfungsi untuk merangsang ovulasi (Saimina, 2013).
Hormon yang dihasilkan oleh Testis yaitu Testosteron. fungsi-fungsi dari testosteron yakni (Sumiyati, 2011) :
·      Merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli seminiferi.
·      Merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori (kelenjar prostate, vesikularis, dan bulbourethralis.
·      Merangsang pertumbuhan sifat jantan.
·      Untuk keratinisasi epithel praeputium, pemisahan gland penis dari praeputium, dan pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas.
·      Keinginan kelamin untuk libido dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi
            Hormon-hormon reproduksi sekunder adalah zat-zat endokrin dengan aktivitas metabolik yang mempertahankan fungsi fisiologik tubuh dan memungkinkan berlangsungnya proses-proses reproduksi (Septiansyah, et. al., 2014).
·           Tiroksin
Kelancaran sekresi kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat untuk kelangsungan reproduksi secara normal. Hormon tiroid memengaruhi reproduksi dn fertilitas dengan mempertahankan hubungan gonadohipofiseal.
Corticoid adrenal. Keterlibatan korteks adrenal dalam proses-proses reproduksi dinyatakan oleh : (a) kesanggupan kelenjar tersebut menghasilkan steroid-steroid kelamin, dan (b) kegunaan dasar kortikoid adrenal untuk mempertahankan hidup hewan dan fungsi reproduksi
·           Pankreas.
Pada umumnya, pancreatectomi (penghilangan kelenjar pankreas) akan menyebabkan disfungsi aktivitas reproduksi, yaitu perpanjangan waktu atau pemberhentian siklus estrus dan kelambatan masa pubertas.
·           Paratiroid
Peninggian aktivitas paratiroid terjadi selama kebuntingan. Pada sapi, parathreoidectomi  selama kebuntingan tidak mempengaruhi kebuntingan walaupun produksi susu menurun, tetapi pada kambing parathreoidectomi menimbulkan gejala-gejala tetanik dan kegagalan laktasi.
·           Thyrocalcitonin
Hormon ini diekskresikan oleh kelenjar tiroid dan berfungsi menurunkan kadar kalsium dalam darah dan meninggikan retesi kalsium pada tulang.

4. Mekanisme kerja hormon-hormon reproduksi dalam pengaturan Pubertas, Estrus, Ovulasi, Kebuntingan, sampai Menyusui
Secara umum hormon reproduksi dihasilkan oleh tiga bagian utama yakni Hipotalamus, Hipofisa, dan Gonadotropin. Ketiga bagian inilah yang memegang peranan penting dalam mensintesis ataupun mensekresikan hormon reproduksi.
Hipotalamus menghasilkan hormon Gn-RH (Gonadotropin Releasing Hormone), dimana Gn-RH berfungsi untuk merangsang atau menstimulasi hipofisa anterior untuk mensintesis hormon gonadotropin yakni FSH dan LH, ICSH pada jantan (Andika, 2013).
Setelah hipotalamus menstimulasi hipofisa anterior, maka hipofisa anterior akan mensintesis dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin yakni FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada betina dan ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) pada jantan (Andika, 2013).
Hormon gonadotropin (FSH, LH, dan ICSH) berperan dalam merangsang perkembangan pada organ reproduksi jantan maupun organ reproduksi betina. FSH akan menstimulasi  pertumbuhan folikel di dalam ovarium dalam menghasilkan hormon estrogen tepatnya pada folikel yang terdapat di dalamnya, sedangkan LH akan menstimulasi ovarium dalam menghasilkan hormon progesteron tepatnya pada corpus luteum (Andika, 2013).
Pada jantan, FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan mengatur perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di dalam tubulus seminiferus. Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam mensintesis hormon testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel leydig atau sel interstitial (Andika, 2013).
Mekanisme kerja hormon reproduksi pada hewan betina yakni telah diketahui bahwa hipotalamus merupakan kelenjar sumber hormon reproduksi. Dimana hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan hormon Gn-RH yang kemudian Gn-RH akan menstimulasi hipofisa anterior dalam mengatur pelepasan hormon FSH dan hormon LH. Hormon FSH akan menstimulasi pertumbuhan folikel dalam ovarium dan menghasilkan hormon estrogen, sedangkan hormon LH akan menstimulasi corpus luteum dalam ovarium untuk menghasilkan hormon progesteron. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin untuk menghambat folikel dalam menghasilkan hormon estrogen melalui feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior) (Andika, 2013).
Mekanisme kerja hormon reproduksi pada hewan jantan tidak jauh beda dengan penjelasan pada betina, hal yang membedakan adalah pada hewan jantan yang berperan sebagai alat reproduksi primer adalah testis. Di dalam testis terdiri dari tubulus seminiferus dan sel leydig. Tubulus seminiferus akan menghasilkan dan mengatur perkembangan sperma dalam proses spermatogenesis, sedangkan sel leydig berperan dalam mensintesis hormon testosteron (Andika, 2013).
Proses spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus distimulasi oleh FSH sedangkan pelepasan hormon testosteron oleh sel leydig distimulasi oleh ICSH. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar spermatozoa yang dihasilkan oleh tubulus seminiferus akan semakin meningkat, di sinilah peranan enzim inhibin dalam menghambat tubulus seminiferus dalam menghasilkan spermatozoa melalui feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior) (Andika, 2013).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa sistem kerja dari hormon – hormon reproduksi tersebut dikendalikan sepenuhnya oleh hipotalamus otak. Karena jika hipotalamus tidak diberikan rangsangan atau tidak mendapatkan rangsanagan dengan baik maka semua proses tersebut di atas tidak akan berlangsung dengan baik dan normal (Andika, 2013).
Pada sapi betina proses berahi terjadi disebabkan karena adanya aksi dan reaksi dari hormon reproduksi, yaitu hormone FSH. Ketika kelenjar hipofisa anterior sudah mendapatkan perintah dari hipotalamus otak, maka secara otomatis hipofisa anterior akan mensintesis dan melepaskan hormon–hormon gonadotropin seperti FSH dan LH. Pada saat konsentrasi FSH yang disintesis lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi hormon LH, maka perkembangaan dari folikel di dalam ovarium segera dimulai. FSH (folikel stimulating hormone) di sini memang berfungsi sebagai hormon yang menstimukasi pertumbuhan dan perkembangan folikel, mulai dari folikel primer – folikel sekunder – foliker tersier  sampai folikel tersebut matang (folikel de graaf). Setelah proses pertumbuhan dan perkembangan folikel mencapai puncaknya atau sudah terbentuk folikel de graaf, maka hormon estrogen akan segera dihasilkan. Hormon estrogen dihasilkan oleh folikel de graaf sendiri untuk melanjutkan siklus reproduksi selanjutnya (Andika, 2013).
Kertika hormon estrogen sudah disentesi, maka ternak akan mulai menunjukan gejala–gejala estrusnya atau berahinya yang dapat dilihat secara langsung pada ternak. Estrogen yang dihasilkan oleh folikel de graaf akan memberikan umpan balik (feed back) negatif kepada hipofisa anterior untuk mengurangi konsentrasi FSH. Karena konsentrasi FSH sudah diturunkan, otomatis konsentrasi LH akan lebih banyak dari konsentrasi FHS. Hormon LH di sini akan berperan dalam proses ovulasi (pelepasan sel telur yang sudah matang oleh ovarium). Siklus ini akan terus berlanjut, sampai terjadi kehamilan (jika terjadi pembuahan oleh sperma). Jika tidak terjadi pembuahan oleh sperma maka hormon PGF2α akan meluruhkan corpus luteum dan endometrium di dalam uterus. Hasil peluruhan tersebut kemudian akan diserap langsung oleh tubuh ternak betina. Hormon PGF2α kemudian akan kembali memberikan umpan balik kepada hipolamus untuk mengulangi siklus berahi. Sehingga siklus berahi dapat terulang secara teratur setiap 21 hari sekali. Pada ternak siklus berahinya dibagi dalam beberapa tahap yaitu (Andika, 2013) :
§   Proestrus : Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron serta memperluas untuk memulai estrus.
§   Estrus : Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah betina siap menerima jantan. Pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu untuk terjadinya ovulasi).
§   Metestrus : Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus. Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini.
§   Diestrus : Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan.
            Ovari (dan plasenta selama kebuntingan) menghasilkan tiga hormon penting di bawah pengaruh gonadtrophin pituitari. Folikel Graaf yang sedang berkembang dan kelak plasenta yang terbentuk akan menghasilkan estrogen. Ini adalah hormon steroid yang bertanggung jawab terhadap perkembangan, pemeliharaan, dan penyebab terjadinya berbagai perubahan selama siklus estrus pada saluran kelamin betina. Estrogen juga terkait dengan perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder, tingkah laku kelamin dan perkembangan serta pemfungsian organ-organ tambahan (aksesori). Hormon ini juga mengontrol perkembangan kelenjar dan saluran pada kelenjar ambing dan uterus. Pada saat folikel tadi berubah menjadi organ endokrin yang dikenal dengan korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron. Plasenta juga menghasilkan progesteron pada saat kebuntingan. Progesteron bersama-sama estrogen akan membantu perkembangan uterus untuk penyiapan implantasi zigot dan menjaga kebuntingan. Progesteron bertanggung jawab terhadap perkembangan jaringan kelenjar pada ambing dan uterus. Hormon ovarium ketiga dan hormon yang dihasilkan plasenta, relaksin akan memainkan fungsinya pada saat kelahiran (parturisi). Hormon ini menyebabkan disolusi simfisis pubis (pertautan tulang kemaluan) dan pelonggaran ligamen-ligamen pelvis untuk membantu kelancaran parturisi (Arman, 2014).


DAFTAR PUSTAKA
Andika, B., 2013. Gejala Berahi Sebagai Bentuk Visualisasi Aksi – Reaksi      Hormon Reproduksi Ternak Sapi. http://bensonandika.blogspot.co.id/    2013/05/gejala-berahi-sebagai-bentuk.html. Diakses pada tanggal 12  September 2015.

Anonim, 2010. Hormon-Hormon Reproduksi.  http://loveduniahewan.        blogspot.co.id/2010/12/hormon-hormon-reproduksi.html. Diakses pada tanggal 12 September 2015.

Arman, C., 2014. Reproduksi Ternak. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Rija, F., 2013. Makalah Hormon Reproduksi. http://firmanbiotik.blogspot. co.id/2013/09/makalah-hormon-reproduksi.html. Diakses pada tanggal 12      September 2015.

Saimina, N. T., 2013. Makalah Teknologi Reproduksi Teknik Superovulasi.            http://naniksaimina.blogspot.co.id/2013/06/makalah-superovulasi.html. Diakses pada tanggal 12 September 2015.

Septiansyah, R., Sukmawati, N., Mardianti, D. P., Ramdhani, R., 2014. Makalah   Reproduksi Ternak Hormon Reproduksi. Fakultas Peternakan Universitas  Padjadjaran Sumedang.

Sumiyati, M., 2011. Hormon. http://aqinimee.blogspot.co.id/2011/04/hormon.html. Diakses pada tanggal 12 September 2015.

Yulianty, N., 2013. Hormon-Hormon Reproduksi. http://niayulianty.blogspot.co.id/2013/04/hormon-hormon-reproduksi.html. Diakses pada tanggal 12      September 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar